MANTUNG : (Revisi-3)

MANTUNG

LOKASI: Berdampingan dengan Tanjung Gudang
- Dulu terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara, milik PT.Timah
- Terdapat Pelabuhan dan Dok kapal milik PT.Timah
- Terdapat 2 buah Tangki Minyak milik PT.Timah

Patung Angkatan Laut, yang di bangun di pertigaan Mantung-Tjg.Gudang

ASAL-USUL:
Sampai saat ini sejarah nama Mantung masih gelap. Cerita atau legenda yang kami kumpulkan cuma menceritakan, bahwa di situ dulu bermukim seseorang yang bernama Thung, biasa dipanggil "Paman Thung" atau "Man Thung", ini lah yang akhirnya menjadi Mantung dan dijadikan nama untuk daerah itu. Namun saya yakin mungkin ada sejarah yang lebih mengena.

Membicarakan Mantung kita tidak bisa mengabaikan PLTU Mantung yang didirikan sejak jaman Belanda. Orang Belanda menyebut Mantung sebagai "Central Mantoeng", maksudnya Sentral Pembangkit Listrik Mantoeng. PLTU Mantung inilah sebagai landmark daerah Mantung dan kota Belinyu.


Pemandangan yang indah di depan Mantung. Daratan yang tampak adalah pulau Ludai. Dulu di sini terdapat tiang listrik transmisi dari Mantung ke Tanjung Ru. Namun kini, tiang tersebut sudah menjadi kenangan. Sudah hilang dicuri oleh masyarakat Belinyu sendiri.

Sebagian lagi orang Belinyu menyebut daerah Mantung itu "Kran Mantung". Karena daerah Mantung ini sebenarnya terbagi dua, yaitu "Sentral Mantung" dan "Kran Mantung". Kata kran berasal dari bhs. Belanda "Cran" yang bermakna derek/katrol, (bhs.Inggris Crane), karena di situ dulu terdapat Cran besar dengan "Clam Shell" untuk bongkar muat batubara Muara Enim, dari tongkang yang didatangkan dari Palembang.


Crane Mantung


Batubara biasa juga disebut orang Belinyu sebagai "arang stengkol", berasal dari bahasa Belanda "steng coal" yang berarti "Arang Batubara". Batubara ini dibongkar dari atas Tongkang dengan Crane Besar (saat ini masih ada bekasnya) dan ditumpukkan di penumpukan, apabila tumpukan ini sudah menggunung, maka akan didorong Buldozzer ke arah "Wire Crane" (Crane yang ditarik dengan kabel baja/slink/wire) untuk hamparkan di "stocking yard". Wire Crane ini juga dapat menarik batubara mendekat ke dapur turbin.


Crane yang ada di Mantung untuk membongkar barang dari kapal/tongkang. Hingga saat ini crane tersebut masih dapat berfungsi denganbaik. Bagian dari Mantung di sekitar Crane ini disebut "kran Mantung".


Batubara ini diperlukan sebagai bahan bakar memanaskan air di Boiler, sehingga menimbulkan uap ("stoom" bhs.belanda). Uap dari boiler ini dipanaskan lagi sampai sekian ratus derajat Farenheit, untuk menggerakkan Turbin dan memutar Dinamo pembangkit listrik.

Air dari turbin, baik sebagai pendingin, maupun untuk boiler, dari PLTU Mantung, dibuang ke laut melalui saluran ini

Ada 4 turbin di PLTU Mantung, namun tidak semua dipakai, biasanya cuma 2, atau 3 pada beban puncak dan sisanya untuk cadangan. Listrik dari Mantung inilah yang dulu melayani hampir seluruh kebutuhan listrik P.Bangka, dibantu PLTD Baturusa (Dibangun belakangan) yang kapasitasnya lebih kecil.

Selain memenuhi kebutuhan operasional Tambang Timah Bangka (TTB) (yang kemudian dirubah menjadi UPTB/ Unit Penamb.Timah Bangka dan akhirnya PT.Timah(Tbk)), dan kebutuhan listrik untuk masyarakat hingga ke Parit Tiga Jebus, yang dayanya dihantar melalui 2 buah Tiang transmisi dari Tanjung Gudang ke Tanjung Ru. Pada jaman Belanda dulu PLTU Mantung merupakan PLTU terbesar di Asia.

Sebetulnya PLTU Mantung itu masih dapat menghasilan listrik, namun ada suatu era dimana memutuskan bahwa PLTU Batubara itu tidak effisien serta polutif, maka PLTU Mantung di rubah menjadi PLTD, dan akhirnya malah membuat PLTU Mantung menjadi Monumen Sejarah yang pedih dan memilukan yang sulit dimengerti Masyarakat Belinyu.

Sisa-sisa bangunan PLTU Mantung, yang dulunya merupakan Pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara. Tidak hanya batangan dan lempengan besi habis dicuri, namun besi tulangan beton pun ikut dicuri dan dijual ke pengumpul besi tua. Entah kemana aparat yang ada. Baik yang mencuri, membeli dan menjual serta mengawasi, semua adalah warga yang tinggal di Belinyu.

Selama puluhan tahun PLTU Mantung beroperasi, cukup banyak orang Belinyu, baik melayu maupun Cina menjadi karyawan selama pembangkit itu beroperasi, sebagian karyawannya ditempatkan di perumahan atau Bedeng Mantung sebagian lagi pulang-pergi ke kota Belinyu.

Karena PLTU ini beroperasi 24 jam maka, shift pekerjaan dibagi menjadi 3 (shift atau apluss). Pada waktu itu PT.Timah menyediakan sarana Angkutan untuk karyawan apluss, berupa Mobil Truk dengan bak kayu yang dipasang tenda terpal. Rute Mobil Apluss ini adalah Garasi PT.Timah-Mantung, yang berjarak +/- 5 km. Truck ini juga berjasa, karena biasa ditumpangi oleh masyarakat biasa yang ingin bepergian dari dan ke Padanglalang atau Mantung, sebab pada saat itu belum ada angkot.

Jadwal truk ini juga pada jaman dahulu menjadi tanda menentukan waktu saking tepat jadwalnya. Biasa kalau lewat tengah malam, disekitar Padang Lalang menuju Mantung, orang-orang Padanglalang tahu bahwa itu sudah jam setengah sepuluh, apluss-3 yg mulai jam 10 malam s/d 8 pagi.

Bus karyawan PT.Timah sekarang. Mungkin sudah jarang di tumpangi masyarakat Belinyu. Dan tidak disebut "Oto Mantung" lagi. Tidak seperti dulu, sekarang PT.Timah sudah jauh dengan masyarakat Belinyu. Sosial Responsibility sudah berkurang atau tidak ada lagi, atau mungkin berbentuk lain.


Tangki minyak, untuk kebutuhan alat-alat berat di Mantung. Tidak lama lagi mungkin tangki inipun akan di kilo ke lapak besi tua.


Mangkuk-mangkuk kapal keruk, yang akan di perbaiki

Tumpukan besi tua bekas bangkai tongkang PT. Timah yang teronggok di pelabuhan Mantung.



Sebuah bangkai kapal motor, untuk menarik tongkang atau kapal keruk



Pelabuhan Mantung, tempat berlabuh kapal motor dan pelabuhan bagi karyawan yang diangkut kapal motor ke kapal keruk di tengah lautan. Bagian yang mengurus ini di Organisasi PT.Timah adalah Bagian Pelayaran, yang berkantor di tepi laut ini.



Pelabuhan Mantung saat ini dilihat dari kejauhan


Kapal motor PT.Timah yang masih beroperasi


Wassrij (wasre) tempat pencucian Pasir Timah sebelum di kirim ke Peleburan Timah Mentok, yang juga berada di Mantung.



PT.Humpuss, yang telah "lempus" adalah perusahaan yang berjanji sejak 14 Maret 2005, akan membangun PLTU Mantung. Mungkin banyak alasan kenapa sampai saat ini tidak di bangun, yang jelas, listrik di Belinyu masih susah.

Bagaimanapun Mantung telah menjadi bagian dari sejarah kota Belinyu dan menjadi kenangan masyarakat Belinyu. Cukup banyak bangsa Belanda dan bangsa kita yang bekerja di Mantung. Mantung didirikan oleh Belanda untuk energi pertambangan Timah dan kenutuhan masyarakat Belinyu. Namun di tangan Bangsa kita Mantung lenyap dan di tangan Masyarakat Belinyu puing-puing Mantung dijarah.

Tidak ada komentar: