Lokasi : Dari pertigaan Jalan Cut Nyak Din (Bukit Juna) - Simpang Telek.
Bukit Jukung
Daerah yang sekarang disebut Bukit Jukung ini berbeda dengan makna jaman dulu. Daerah ini dulunya terdapat dua kampung, yaitu kampung Air Jukung dan Kampung Bukit. Air Jukung adalah kampung dari pertigaan Cut Nyak Din lurus sampai sekitar Surau Bukit, sedang dari Surau kearah seterusnya adalah kampung Bukit. Namun saat ini , Keseluruhannya di sebut Bukit Jukung.
Menurut kisah orang-orang tua jaman dulu, disebut Air Jukung, karena di situ terdapat sebuah batu yang berbentuk Jukung , yaitu: sejenis perahu kecil yang terbuat dari batang pohon utuh yang di lubangi tengahnya
Didekat Batu Jukung ini terdapat sumber mata air bersih (bahasa Belinyu= “tumbek”), yang jernih dan digunakan masyarakat sekitar. Sumber air ini dinamakan Air Jukung, sehingga daerah sekitar situ di sebut Air Jukung.
Adapun lokasi batu yang menyerupai Jukung tersebut berada kira-kira 1 km dari pertigaan Jl.Cut Nyak Dien (Bukit Juna) dan masuk lagi kekiri, ke arah sungai pasir kira-kira 1 km dari jalan raya.
Jalan Bukit Jukung di lihat dari pertigaan Jl.Cut Nyak Dien (Bukit Juna)
Sejajar dengan Jalan Air Jukung ini, kira-kira 500 meter di sebelah kanannya, dulu pada Jaman Belanda terdapat Jalan Rail/rel (lori) dari Pelabuhan Berok (Kampung Gudang) hingga ke Mantung, yang sampai saat ini disebut “Jalan Trem” (akan dibahas di posting lain-red).
Jalan Rail ini terus sampai ke “Air Terak” dan belok kiri hingga ke Mantung, sejajar dengan jalur Transmisi 30 KV. Lokasi yang saat ini terdapat tempat pencucian mobil, banyak terdapat pohon sagu rumbia dulunya dinamakan Air Terak, karena dulunya di situ terdapat sumber air yang dekat dengan tempat pembuangan Terak atau Kerak, yaitu deposit sisa peleburan Biji Timah di Mantung.
Adapun Tempat Peleburan Timah di Mantung disebut “Rumah Puput”, karena pembakaran Timah menggunakan api yang menggunaka “blower” (peniup). Blower ini dalam Bahasa Belinyu disebut “puput” (karena memang mengeluarkan bunyi puuuuutttt..). Sehingga rumah peleburan Timah ini disebut “Rumah Puput”.
Kampung Bukit ini sejak dahulu banyak terdapat “kelekak” (kebun buah), Durian, manggis, duku, salak, kelapa banyak terdapat di belakang rumah masyarakat sekitar, hingga saat sekarang.
Buah durian yang banyak terdapak di belakang rumah (kelekak) masyarakat kampung Bukit dan Air Jukung
Buah manggis ini juga banyak terdapat di Kampung Bukit dan Air jukung. Buah nya terasa manis-manis asam. Noda getahnya kalau kena baju tidak dapat dihilangkan. Sering di jadikan bahan taruhan untuk menebak jumlah isi (lulum) nya, yang disebut "betaro manggis". (cristine's.multiply.com)
Masalah penamaan Kampung Bukit, rasanya ini agak aneh juga mengingat jalannya tidak melewati perbukitan, memang di kanan jalan, ada sedikit bukit pada belokan. Salah satu rumah di Kampung Bukit, tepatnya di bawah bukit, sebelah kanan belokan, pada jaman Belanda dulu (tahun 20an), merupakan perkebunan bunga yang menjual bermacam aneka bunga, seperti mawar, dahlia, aster, yang konsumennya adalah orang-orang Belanda yang tinggal di Belinyu.
Mungkin karena letak penjual bunga itu berada di bawah bukit tersebut, bisa saja kampung itu disebut “Bukit”. Dan dalam perkembangannya, kampung Air Jukung dan Bukit ini menyatu, sehingga kerap disebut orang “Bukit Jukung”. Namun secara administrasi pemerintahan, tetap dinamakan Kelurahan “Air Jukung”