KOTA BELINYU (nostalgia sebuah kota kecil)

MATERI BLOG INI SEBAGIAN DIAMBIL DARI NASKAH UNTUK BUKU YANG AKAN DITERBITKAN. DIKUMPULKAN BERDASARKAN CERITA DARI MULUT KE MULUT. TEAM KAMI AKAN MENAMBAH POSTING, UNTUK MENELUSURI SEMUA SEJARAH NAMA KAMPUNG YANG ADA DI KOTA BELINYU. KOMENTAR YANG DIKIRIM PENGUNJUNG MELALUI CONTENT COMMENT, DILUAR TANGGUNG JAWAB KAMI. APABILA PENGUNJUNG MEMPUNYAI CERITA, LEGENDA TENTANG KOTA BELINYU, FOTO JADUL, KIRANYA DAPAT DIKIRIM KE REDAKSI ____guraping@yahoo.com____

(bonus edisi kemerdekaan) :














Posted by YULIANDI 6 komentar:
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

KEDEBIK (Senggani) :

KEDEBIK (Senggani) :
Tumbuhan "Kedebik", (Familia = Melastomataceae, Genus= Melastoma, Spesies=Melastoma candidum D.Don), (Indonesia/Melayu=Senggani, Bangka=Kedebik), (Inggris=Asian melastome) (Indian=Rhododenron), kerabat dekat "Harendong". Buahnya disukai burung "perbak" (cucak rawa). Pohonnya berbentuk perdu (semak). Biasa dimakan orang, rasanya tidak terlalu menggembirakan, sepat-sepat manis. Bijinya berbutir halus. Makan buah ini lidah akan berwarna ungu. Bunganya warna pink, terdiri dari 5 sepal dan benang sari kuning. Banyak terdapat di hutan-hutan di Belinyu. Daunnya mengandung saponin, flavonoida dan tanin yang berkhasiat sebagai antipiretik, diuretik, analgesik dan hemostatis.

BUNGA KEDEBIK

BUNGA KEDEBIK
Bunga Kedebik, sebelum menjadi buah. Indah sekali kalau sedang mekar, sayang usia bunga ini cuma 2-3 hari kemudian layu dan menjadi putik buah kedebik

BUAH KEDEBIK

BUAH KEDEBIK
Buah kedebik yang sudah ranum, sangat disukai burung perbak (cucakrawa), Kesuit (kolibri). Foto ini diambil di semak-semak pinggir jalan di daerah Kampung Sunda Belinyu

OBROLAN DI PONDOK DUREN :


ShoutMix chat widget

PISTOL KOSET

PISTOL KOSET
PISTOL KOSET: Di Kota Belinyu dulu, mainan anak-anak sangat terbatas. Penjual mainan Cuma ada di toko Bandung, selain mahal, mainannyapun tidak cocok dengan budaya Belinyu. Dengan keterbatasan tersebut timbulah kreativitas. Salah satu mainan anak laki-laki yang cukup popular adalah “pistol koset”. Pistol dari bahan “papan kas”, yaitu papan kayu agatis bekas peti sabun B-29 berwarna hijau. Papan kas ini bisa di dapat di tong-tong sampah Toko Jongmuk atau di Gudang Distribusi TTB. Memang pada saat itu belum ada deterjen, sabun colek, di Belinyu cuma ada sabun batangan warna hijau sbesar separoh batubata, merk B-29. Kertas bungkusnya kasar, warna putih, dengan huruf kapital B-29. Saking terkenalnya sabun ini di Indonesia, seorang pelawak wanita menggunakan nama “Ratmi B-29” yang biasa melawak bersama Ateng, Iskak dan Eddy Sud. Papan Kas bekas itu digambar bentuk pistol, dan dipotong pakai pisau. Dibagian belakangnya dipasang penjepit yang diikat beberapa karet gelang. Didepannya dibuat selongsong . Sebagai pemicu dipasang karet gelang juga. Kemudian Lidi Koset mek ”AAA”, dipasang pada karet pemicu , dijepit, lalu..gresss dinyalakan dan penjepitnya di lepas, karena lentingan tenaga karet, melayanglah lidi koset menyala itu. Sungguh suatu mainan yang sangat sederhana namun perlu perjuangan baik mencari papan kas maupun membentuknya menjadi pistolan. Suatu mainan yang amat nostalgis .

Kayu Pelawan

Kayu Pelawan
Kayu Pelawan, adalah kayu dari tumbuhan “pelawan”. Kayu ini merupakan kayu paling pavorit untuk masak ketupat, karena energinya yang panas. Dijual dengan satuan "kebet" (Bly: Ikat). Satu kebet yang di ikat rotan atau "melat" (Bly: sejenis tumbuhan merambat yg biasa digunakan sebagi tali) terdiri dari tiga "puntung" (Bly: batang). Biasa dijual dengan "kereto surung" (kereta dorong dari kayu), atau sepeda. Kalau menggunakan sepeda, perlu ditambah dua kayu vertical untuk menumpuk kayu di perancah. Kadang juga diikat di palang sepeda. Pada saat baru menjual kayu, sepeda tidak bisa dikendarai, saking banyaknya beban. terpaksa “di-tenten” (Bly: dibimbing) dari ,.dari “daret” (Bly: kampung) untuk di jual ke Belinyu, dengan “tehengkeh-hengkeh”. Setelah laku semua, pulangnya bisa bersiul-siul sambil membawa uang. Dulu, di Belinyu masih gampang mendapatkan kayu pelawan sebesar ukuran betis orang dewasa, kadang harus dibelah kampak menjadi empat "puntung". Jaman sekarang, mencari seukuran jempol saja sudah sulit. Jangankan kayu pelawan, pucuk pohon pelawan yang bisa disayur darat, yang rasanya agak “kelat” (Bly: sepat) saja sudah sulit dicari. Bukan disebabkan orang lain, tetapi orang Belinyu sendiri. Alam mulai pelit menyediakan kayu untuk memasak, pemerintah juga susah payah menyediakan minyak tanah dan mahalnya harga gas. Cukuplah sudah kesulitan yang dihadapi masyarakat Belinyu saat ini, yang ironisnya merupakan jaman Otonomi Daerah, tetapi otonomi masyarakatnya sendiri terenggut, dengan berbagai alasan yang dipaksakan terdengar logis.

BELINYU Km.0

BELINYU Km.0
Patok Kilometer 0 Belinyu di pertigaan Bukit Ketok

SITUS LAIN :

  • kota ternate? klik
  • yovita-rasti? klik
  • yuliandi & family .blogspot.com

BLOG KOMUNITAS WONG BELINYU :

  • http://balijongclub.multiply.com
  • http://ipmbb.multiply.com
  • http://reunibelinyubangka.blogspot.com

DAFTAR POSTING :

  • ▼  2008 (33)
    • ►  Juli (6)
      • ►  Jul 30 (6)
    • ▼  Agustus (10)
      • ►  Agu 01 (1)
      • ►  Agu 08 (1)
      • ▼  Agu 16 (1)
        • (bonus edisi kemerdekaan) :
      • ►  Agu 20 (5)
      • ►  Agu 25 (1)
      • ►  Agu 30 (1)
    • ►  September (3)
      • ►  Sep 02 (1)
      • ►  Sep 16 (1)
      • ►  Sep 25 (1)
    • ►  Oktober (6)
      • ►  Okt 12 (3)
      • ►  Okt 24 (2)
      • ►  Okt 26 (1)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 02 (1)
      • ►  Nov 24 (1)
      • ►  Nov 30 (1)
    • ►  Desember (5)
      • ►  Des 12 (2)
      • ►  Des 20 (1)
      • ►  Des 21 (2)
  • ►  2009 (34)
    • ►  Januari (6)
      • ►  Jan 06 (2)
      • ►  Jan 16 (1)
      • ►  Jan 20 (1)
      • ►  Jan 21 (1)
      • ►  Jan 22 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 25 (1)
      • ►  Feb 27 (1)
    • ►  Maret (5)
      • ►  Mar 02 (1)
      • ►  Mar 03 (1)
      • ►  Mar 14 (1)
      • ►  Mar 19 (1)
      • ►  Mar 20 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 14 (1)
    • ►  Juni (3)
      • ►  Jun 08 (1)
      • ►  Jun 13 (2)
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 20 (1)
      • ►  Jul 31 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 22 (2)
    • ►  September (4)
      • ►  Sep 15 (1)
      • ►  Sep 19 (1)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ►  Sep 23 (1)
    • ►  Oktober (6)
      • ►  Okt 01 (1)
      • ►  Okt 04 (1)
      • ►  Okt 08 (1)
      • ►  Okt 25 (2)
      • ►  Okt 30 (1)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 18 (1)
      • ►  Nov 20 (1)
    • ►  Desember (1)
      • ►  Des 03 (1)
  • ►  2010 (4)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 21 (1)
      • ►  Jan 30 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 17 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 22 (1)

RIWAYAT SINGKAT PENULIS :

Lahir di Kota Belinyu tgl. 23 Juli 1966. Tamat SD St Agnes Belinyu th.1979, tamat SMP st Yosef th.1982, dan SMA Negeri Belinyu Angk-I, tamat th.1985. Menyelesaikan S.1 Jurusan Tek.Sipil di UII Yogyakarta th.1991. S.2 Bidang Management di Univ.Hasanuddin Makassar th.2000. Sekarang sedang melanjutkan di S.3. Tek.Sipil Univ.Hasanuddin Makassar. Sejak th.1992 hingga saat ini bekerja di salah satu BUMN dan ditugaskan di Indonesia Wilayah Timur. Penulis di lahirkan di kota Belinyu, tepatnya di Wasrij (Komp.Wasre), setelah SD pindah ke Jl.Suramenggala No.3 (Jl.Curam). Tamat SMA meninggalkan kota Belinyu dan sekolah di Yogya. Sambil kuliah, bekerja di Solo. Setelah lulus bekerja di Jakarta, Timor-Timur, Sulawesi dan Maluku. Saat ini penulis dan keluarga tinggal di Makassar. Sedangkan kedua orang tua penulis Bpk.H.Abubakar Admun, masih tinggal di Jl.Pahlawan XII No.336. Belinyu-Bangka.

VISITOR :

free hit counter
hit counter

Pengikut

Namnam

Namnam
Buah Namnam cukup dikenal di Belinyu, walaupun pohon-nya tidak terlalu banyak, dan kian langka. Memang orang malas sengaja menanam buah ini apalagi di pekarangan, karena yang menanam biasa jarang menikmati buahnya. Dua probabilitas, kalau tidak diminta tetangga, atau dicuri anak-anak. Yang masih hijau saja tidak “betelang”, dengan modal garam di telapak tangan buah namnam muda yang pahit dan kelat sudah “kertap-kertup” dimakan. Si pemilik maunya menunggu masak sampai kuning, sehari-sehari lagi mau diambil, ee..besoknya sudah “bungau” dicuri. Tinggal rasa gondok yang terasa. Siapa sih yang tidak “ngiler” melihat namnam bergelantung menempel di pohon. Apalagi yang udah mulai kuning, mulus dan besar-besar. Celakanya lagi namnam itu berbuah menempel di pohon, posisinya pas di depan mata, tidak seperti buah lain yang harus dilihat menoleh ke atas. Mungkin memang namnam ini buah yang khusus diciptakan untuk bikin pemiliknya sewot bin jengkel bin meradang, jadi semacam ujian keiklasan bagi pemiliknya. Di Belinyu, pohon namnam sering terlihat dipekarangan rumah. Setahu penulis ada beberapa pohon namnam yang cukkup besar, hampir dua pemeluk orang dewasa. Beberapa ada di Bukit Jukung, dan 2 pohon ada di kebun Tuk Yasin di Wasre. Wah yang ini tentu banyak memorinya, karena pohonnya tua, buahnya banyak sekali dan tidak mutus. Apalagi cuma dua langkah dipinggir jalan setapak, tentu sering dicuri anak-anak.

Buah Namnam

Buah Namnam
Buah “Namnam” mempunyai banyak nama, Di Jawa dan Madura dan Bangka disebut “Namnam”, di Sunda bernama “kapi anjing” (apa hubungannya ya?). Bali=kuwanjo, Bima=puce-angi, Makassar=pute-anjeng, Bugis=arepa, Seram=aloma, Ambon=lamuta, Buru=kfamute, Halmahera=namet, Ternate=namo-namo. Di tanah Melayu disebut “anjing-anjing, malah tambah ngawur. Inilah resiko kalau hampir terdapat di seluruh Indonesia, namanya jadi buaanyak, dan aneh-aneh lagi. Pohonnya susah untuk tinggi, paling 5-9 meteran, sebab batangnya berkelok-kelok, percabangan simpodial. Tanaman ini termasuk suku polong-polongan (Leguminosae alias Fabaceae) dengan nama latin “Cyanometra cauliflora” (cukup keren juga euh). Bijinya berkeping dua melebar mengikuti bentuk buahnya. Daun-nya sebanyak 10 gram, dicuci, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit dapat mengobati diare, kalau malas membeli Entrostop. Buah namnam dipetik jika kulitnya berubah menjadi coklat kekuning-kuningan; tidak ada data tentang hasilnya. Prospek Buah namnam cukup disenangi, tetapi hasilnya di Asia Tenggara rendah sekali, sehingga pohonnya dipelihara hanya karena keingintahuan orang, bukan untuk diambil hasilnya, dan hal ini mungkin tidak akan berubah.

Buah Keranji:

Buah Keranji:
Buah keranji (latin: Dialium Laurinum), di Kalimantan disebut “lahal, langir, menyerin, nyalin paya, sianglam, atau tampasak”. Di Kalimantan banyak tumbuh liar di hutan, pohonnya yang besar menghasilkan jenis kayu yang bagus. Sama di Belinyu, di Malaysia disebut juga keranji, banyak dijual di pasar-pasar tradisional Serawak. Satu kantong plastic ½ kg gula, cuma RM.5. Buah yang satu ini rada nyentrik, warna kulitnya hitam legam sebesar ujung jari. Kulit buah ini rapuh dan muda pecah. Bijinya yang kecil terselimut semacam buludru coklat, itulah daging buah keranji yang rasanya memang sedap, manis-manis asam segar. Buah ini termasuk buah yang enak dimakan, namun sulit untuk dipetik. Pohonnya besar dan tinggi puluhan meter. Untuk menikmati buahnya terpaksa berkais di sela-sela daun kering mencari yang jatuh. Hati-hati kalau terinjak, langsung gepeng tidak bisa dimakan.

BUAH BUNI :

BUAH BUNI :
Buah buni adalah Famili: Phyllanthaceae, Genus: Antidesma dan Spesies: “A.bunius”, soal rasa tidak semanis namanya, walau sudah hitam “celing” tetap asam dengan sedikit manis. Karena dalam setangkai tidak pernah celing semua, maka buah buni ini biasa dimakan dengan cara dirujak. Ditumbuk dengan garem cabek. Cara makannya disendok, seperti makan nasi. Rasanya kayak permen nano-nano, manis-asem-pedes. Di pulau Sumatra, buah buni dibuat saus-asem ikan. Daun mudanya juga berguna untuk memberi aroma ikan atau daging rebus (stew), dan baik buah muda maupun daun muda dapat digunakan sebagai pengganti cuka. Daun muda juga dimakan sebagai lalap dan dimasak dengan nasi. Kulit dan daun mengandung alkaloid yang memiliki khasiat obat, tetapi dilaporkan juga beracun. Kayunya berwarna kemerah-merahan dan keras tetapi kurang bermanfaat. Walau di Belinyu sering tumbuh di pekarangan namun di banyak tempat di Asia seperti Fhilipina, Malaysia, pohon buni biasanya tumbuh di semak-semak, dl lahan terbuka dan di hutan sekunder; seperti halnya beberapa jenis lain dalam marga ini, buni memiliki nilai untuk reklamasi lahan-lahan kritis (misalnya A. ghaesembilla Gaertner, dapat mengungguli alang-alang yang tumbuh dl lahan itu, dan dapat menonjol sekali setelah terjadi kebakaran rumput tahunan). Buah buni yang berubah-ubah warnanya menyebabkan tanaman ini menjadi pohon hias yang menarik.

BUAH "MATO-AYAM":

BUAH "MATO-AYAM":
Buah “mato-ayam’ adalah buah perdu yang banyak terdapat di Belinyu. Di semak manapun ada, baik di dekat laut maupun dipegunungan. Saking banyaknya, makanya tidak ada orang yang iseng sengaja menanam buah mato-ayam. Buahnya berbiji, dengan rasa daging buah tidak terlalu enak, namun cukup manis dan terasa bertepung.. Sambil “pesep-sep” di belukar, metet burung atau pergi ke kebon, lumayanlah dapat buah mato-ayam ini, “ado ge kek dikunya-kunya”. Buah ini di Indonesia disebut “Mata Ayam”, karena memang besarnya, sebesar biji mata ayam yang bangun tidur kemerahan. Di Malaysia dinamakan “mata-pelandok”, di Philiphina=”atarolon”, Vietnam “chu o rien”, Thailand=”Tappla” sedang Inggris=Ardisia, sesuai nama Genusnya, dan nama spesies latinnya “Ardisia crispa A.DC”, familia=Myrsinaceae, yang berkerabat dekat dengan Tampeni, Lampeni badak. Pohonnya berbentuk perdu, dengan daun memanjang dan bergerigi. Pohonnya kecil dan liat sangat cocok untuk “ngelibes”

Pohon Keranji di Belinyu :

Pohon Keranji di Belinyu :
Foto di atas, di balik tiang listrik adalah pohon keranji yang cukup tua di Belinyu, mungkin sudah berusia 100 tahun, karena 30-40 tahun yang lalu juga pohonya sudah setinggi itu. Pohon ini berada di “kelekak” (kebun buah) milik Tuk Yasin di belakang komplek Wasre. Mungkin sudah banyak masyarakat Belinyu yang makan buah keranji dari pohon ini, mengingat pada saat musin keranji, banyak anak-anak yang mencari buah karet, sekalian mencari buah keranji ini. Karena buahnya kecil dan ringan kadang di “pelayang” angin sampai ke perumahan Jalan Balar atau terlempar ke balik tembok Rumah Sakit. Selain di kelekak Tuk Yasin ini, cuma ada beberapa pohon saja yang ada di Belinyu, seperti di Kampung Tengah, Panji, dan dihutan-hutan di Gunung Muda, Riau. Tahun 70 sesekali masih kita dapatkan buah keranji dijual, dengan wadah “cilok” kertas, di pasar atau di sekolah-sekolah.

KUTUP UTARA:

KUTUP UTARA:
disadur dari blog chrystine

Betet :

Betet :
Betet atau ketapel adalah mainan anak-anak lelaki di Belinyu. Terbuat dari dahan pohon yang berbentuk huruf "Y" tang disebut "jangka betet". Jangka yang bagus berbentuk membundar yang disebut "mentelok". Jangka ini bisa juga terbuat dari besi las 8mm atau bisa juga dari papan yang dipahat. Jangka ini dipasangi karet dikeduanya, ujung karet sang lain dipasang kulit untuk tempat meletakkan batu sebesar kelereng. Cara menggunakan. Batu di pasang ditarik dan dituju ke arah sasaran (di-peci), lalu dilepaskan. Betet digunakan untuk bermain, metet buah, atau metet burung. Me-metet selalu kena sasaran disebut "tuju"

Buah Diel :

Buah Diel :
Buah “diel” atau “dial” sudah mulai susah didapat di Belinyu. Tumbuhan ini jarang terdapat di pekarangan, biasa di hutan-hutan, seperti di Air Jukung Kusam, atau di parit-parit bekas tambang timah. Tanaman ini termasuk Famili : Myrtaceae, di daerah Sunda disebut “jamblang”, “ dalas” atau “dhuwak” sedangkan di Bali disebut “juwet. Sedang di Malaysia kadang disebut “anggur melayu”. Buahnya sebesar ujung jempol, masih muda berwarna hijau kemudian berubah merah muda, kalau masak betul berwarna indigo atau purple atau biru keungu-unguan. Makanya orang Belinyu kalau mengambarkan luka memar di kulit atau hasil kerokan atau bekam di badan menggunakan perumpamaan, “angin e hitam la macem buah diel”. Padahal itu merupakan pembuluh darah kalpiler yang pecah, akibat be-“kerik” dengan kulit lokan, minyak kelapa dan bawang merah yang membuat hangat kulit. Setelah beberapa kali “be-de-ek” (sendawa) dikatakan, “angin jahatnya sudah hilang”. Rasa buah diel ini sepet kalau belum masak, kalau sudah masak betul rasanya asam-asam manis. Daging buah diel berwarna putih seperti daging jambu bol. Kulit buahnya bisa membuat lidah menjadi ungu, atau bikin baju jadi kotor. Diel mengandung minyak asiri, fenol (methylxanthoxylin), alkaloid (jambosine), asam organik, triterpenoid, resin yang berwarna merah tua mengandung asam elagat dan tanin. Sebagian wilayah di Asia Tenggara menggunakan akar jamblang untuk pengobatan “gilo babi” atau ayan (epilepsi).

Buah Sagu :

Buah Sagu :
Kalau buah yang paling masam adalah kelubi, maka buah yang paling “kelat” (sepat) adalah buah sagu atau buah rumbia ini, terutama yang masih muda. Kalau sudah tua, mendekati busuk, kelatnya berkurang, apalagi dimakan pakai garam dapur, dapat menetralkan rasa kelatnya. Bentuk buah sagu hampir sama dengan buah kelubi, cuma warnanya yang berbeda. Kebetulan tumbuhan inipun masih satu Famili. Karena pohon sagu ini tumbuh di rawa-rawa, maka pohon sagu ini tidak terlalu banyak di Belinyu. Namun hampir tiap kampung selalu ada. Seperti Padanglalang, di sekitar Aek Mungkus, Aek Terak bawah Telex, Aek TTB, Wasre serta di Aek Asem. Karena pohonya tinggi, maka buah ini hanya di dapat kalau jatuh, atau di “betet” (ketapel), sebab pohonnya tinggi.

Pohon Sagu :

Pohon Sagu :
Pohon palem sagu rumbia, termasuk Familia: Arecaceae (suku pinang-pinangan), Genus: Metroxylon, Spesies “Metroxylon sagu Rottb”. Nama Inggrisnya “True sago palm atau sago palm”. Di Sunda disebut “kirai”, Ambon “lapia/lampia molat”, di Maluku disebut “sagu perampuan”. Pati atau sagu yang tersimpan dalam batang merupakan makanan pokok di Maluku/Papua. Biasanya pati yang masih basah direbus, digoreng atau di panggang, sendirian atau dicampur dengan bahan makanan lain, Di Indonesia dan Malaysia, pati digunakan dalam bidang industri di pabrik kue dan makanan ringan, mi dan kerupuk, dan di Amerika untuk bahan pembuatan bedak. Selain itu bisa dimanfaatkan untuk adonan lem untuk kertas dan tekstil, kayu lapis. Material yang segar sangat cocok untuk memproses industri selanjutnya, misalnya menjadi sirup dengan fruktosa tinggi dan etanol. Pepagan, kulit dari batangnya digunakan sebagai bahan bangunan rumah atau bahan bakar. Dinding, atap rumah dan pagar dapat dibuat dari tangkai daun (`gaba-gaba`); serabut dari lapisan luar tangkai daun digunakan untuk tali dan anyaman tikar. Daun yang tua dapat dijadikan atap rumah (atep) dengan kualitas yang terbaik. Sedangkan daun yang muda dapat dianyam menjadi tas atau “keruntung”. Daun yang masih muda sekali atau “umbut” dapat disayur atau dimakan mentah. Pohonnya yang sudah roboh, mulai membusuk, banyak terdapat “ulat sagu” yang di Papua biasa dimakan. Jamur (Volvariella volvacea Fries) yang tumbuh pada sisa-sisa empulur digemari di Maluku.

Buah Kelubi :

Buah Kelubi :
Buah kelubi mungkin buah ciptaan Tuhan yang paling masam (kecut), jangankan memakannya, membaca kata “kelubi” saja sudah bikin air liur terasa asam. Makanya di Malaysia disebut “Asam Kelubi”. Buah ini sangat popular di seluruh Malaysia. Cara mengolahnya sama dengan di Belinyu, yaitu diasinkan. Ada juga yang dibuat sambel. Nama ilmiah kelubi “Eleiodoxa Conferta”, masih family palem-paleman. Pohonnya seperti nipah, namun kecil sedikit atau mirip pohon salak. Habitat tumbuh di rawa-rawa, hutan paya. Buahnya mirip salak, namun lebih kecil dan sama-sama bertandan. Tiap buah berbiji tunggal. Ketika dikupas, isinya terlihat bening dan berair, dibawah selaput buah. Airnya inilah sebagai biang kerok membuat rasa asam yang minta ampun.

Asinan Kelubi :

Asinan Kelubi :
Kelubi diolah dengan cara diasinkan, yaitu direndam dengan air garam panas dan sedikit gula. Sim salabim, dalam 3 hari rasa asamnya berkurang, timbul rasa asam manis yang bikin air liur menetes. Semakin lama dibiarkan semakin enak, semakin “masir”, apalagi kalau daging buahnya sudah keriput dan gampang dilepaskan dari bijinya. Jaman dulu asinan kelubi dijual dalam “glek beling” (toples), kemudian disendok sesuai order dan dimasukkan ke dalam plastik bening, ikat karet, dengan kuahnya buat dihirup, serta tidak lupa “garem cabek”. Sekarang kelubi sudah ngak laku di jual di warung-warung, paling di toko oleh-oleh di Pangkapinang, sebagai makanan nostalgia. Asinan kelubi dimasukkan ke dalam botol bekas air kemasan, atau toples plastic bekas biskuit, biar gampang lolos pemeriksaan kalau dibawa ke Jakarta naik pesawat. Kalau kita pikir-pikir masih ada ngak buah yang lebih asam dari kelubi, rasanya tidak ada lagi, memang kelubilah mungkin buah yang paling masam di dunia ini. (foto dikutip dari “iontyme.multiply.com”)

RUKEM (buah yang sudah masak)

RUKEM (buah yang sudah masak)
Buahnya terasa sepet (Belinyu=kelet), terutama sebelum masak. Kalau sudah masak, berwarna merah tua (celing). Kelet pada rukem dapat dihilangkan dengan cara dipijit-pijit dengan jari. Buah rukam dapat pula dibuat rujak dan asinan, atau dicampur gula dijadikan selai atau permen. Di Belinyu rukem masak celing dimakan begitu saja, sedangkan yang belum terlalu masak di asin, kemudian di tusuk dengan lidi kelapa seperti sate. Rukem asin ini di makan dengan cecel garem cabek.

RUKEM (buah masih muda)

RUKEM (buah masih muda)
Rukem, (Ind=Rukam, Ganda Rukam), masuk Family “flacourtiaceae”. Pohonnya berduri, berperawakan tinggi, hingga 10 m. Duri pohonnya besar-besar, menyatu dengan batang. Kadang digunakan untuk senjata yang dapat membahayakan.. Sebuah analisis yang dilakukan di Filipina per 100 g bagian yang dapat dimakan, menunjukkan perbandingan sebagai berikut: 77 g air, 1,7 g protein, 1,3 g lemak, 15 g karbohidrat, 3,7 g serat, dan 0,8 g abu. Nilai energinya 345 kJ/ 100 g. . Daun mudanya dapat dimakan mentah sebagai lalap. Buah mudanya digunakan dalam ramuan obat tradisional untuk mengobati diare dan disentri. Air perasan daunnya dipakai untuk mengobati kelopak mata yang bengkak. Di Filipina, seduhan akar rukam diminum oleh wanita yang baru saja melahirkan.

BUNGA KEMUNTING

BUNGA KEMUNTING
Bunga Kemunting, mirip dengan bunga kedebik, Cuma berbeda pada jumlah dan warna benangsari, serta sepal (kelopak) bunga kemunting lebih kecil.

FEEDJIT Live Traffic Feed

KEMUNTING :

KEMUNTING :
Tumbuhan Kemunting (Malaysia=karamunting, senduduk air; Vietnam=sim; Thailand= thoh; Inggris= hill gooseberry, hill guava, downy myrtle) dengan nama spesies=Ochthocharis bornensis BI, masuk ke dalam Genus= Ochthocharis, Famili= Melastomataceae, satu famili dengan Kedebik. Buah Kemunting yang “celing” ranum. Rasanya manis, berbiji halus. Dulu masih sering dijual, pada saat keramaian rakyat atau dijual di sekolah. Dimasukkan dalam cilok kerucut yang dibuat dari daun simpur.
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.