JALAN MELATI :

JALAN MELATI :

Lokasi: Dari Simpang Toko Anam/Toko Apung sampai ke Simpang Ajat


Sejak dari dulu Jalan melati adalah kawasan pecinan alias tempat mukim warga Tionghoa dan terdapat Tao Pek Kong. Jalan melati ini dulu melintangi jalan trem. Belakangan di sisi jalan trem didirikan gedung SMP Negeri, dan dibangun Lapangan Stadion (lebih tepatnya lapangan bola kelas kampung) bersamaan dengan dibangunnya Mesjid Al-Inayah, tahun 70an.

Di lapangan Stadion ini pula, tahun 70-an pernah kedatangan rombongan ‘Oriental Sirkus” atas kerjasama dengan TTB pada. Cukup heboh juga tentunya pada saat itu, pertama kali bagi warga Belinyu kedatangan Gajah, Singa dan Macan Loreng. Beberapa Minggu seluruh warga Belinyu berbondong-bondong melihat pertunjukan sirkus itu. Apalagi atraksi manusia bergelantungan dan meniti kawat baja. Itulah satu kali seumur hidup rombongan sirkus datang ke Belinyu.


Jalan Melati ini, dulunya biasa disebut “Hoi Nam Kai”, atau “Kampung Hoinam”, karena banyak bermukim warga Tionghoa yang berasal dari Hoinam, Tiongkok. Hoi Nam ini bukan berada di daratan Cina, namun berada di Propinsi Hainan yang ada P.Hainan (selatan Cina Daratan). Namun sejauh yang kita tahu imigran yang didatangkan Belanda ke tanah Melayu, biasanya dari Daratan Cina pesisir, seperti Hakka, Kowlon, Kanton, Swatow. Mungkin karena mereka ini bukan dari Cina daratan, maka mereka mengumpul sendiri di Jalan Melati ini, sehingga pada saat itu disebut “Hoi nam Kai”. Saat ini, mungkin generasi muda tidak banyak yang tahu tentang nama ini, yang terkenal ya Jl.Melati atau juga kadang dipelesetkan menjadi “Kaimui”.



Trade mark Jl. Melati, adalah di simpang empat Toko Ajiu. Ke kiri Pahlawan-12, terus Jl.Trem, ke kanan Jl.Melati yang ke SMP Negeri.




Tao Pek Kong di Jl.Melati, depan Toko Ajiu yang legendaris. Dulu disampingnya ada toko kelontong, tutup sekitar th.70-an



Nama jalan menggunakan bunga, memang sangat tidak umum di Belinyu. Namun kita tahu memang banyak rumah-rumah di Jl.Melati yang menanam bunga di pekarangannya, namun kebanyakan mawar, bukan melati. Lagi-lagi aneh ya.


Masyarakat di Jl.Melati ini, bermata pencarian terutama berdagang, secara turun temurun. Yang namanya Toko Anam, Toko Apung, Toko Ajiu, semua melegenda di Jl.Melati. Juga sebagian membuat kempelang, atau jualan keliling. Mereka sangat setia dan tekun sekali dengan profesi masing-masing, inilah salah satu budaya orang Belinyu, yang patut dipertahankan, yaitu tekun dan tabah.


Salah satu sentra lain lokasi Jl.Melati. Sebelah kanan, yang ada motor parkir adalah Toko Apung berhadapan dengan Toko Anam (th.30. Toko Anam ini adalah sebuah Hotel). Toko yang sudah dijalankan tiga generasi.hingga kini . Dulunya Pak Apung ini selain membuka toko, juga sebagai Tukang Gunting. Konsumen kedua toko ini dari sekitar hingga Kmp.tengah, Sungai Ketok, Kmp.Gudang.Walaupun berhadapan, kedua toko ini tetap bersaing secara sehat dan tidak saling menjatuhkan, contoh hidup yang pantas ditiru. Rezeki memang misteri di tangan Tuhan.



Satu lagi yang menjadi nostalgia di Jl.Melati ini, yaitu banyak terdapat anjing peliharaan. Jadi kalau malam naik sepeda, apalagi di malam hari, lampu jalan banyak yang mati, siap-siaplah untuk angkat kaki kalau tidak mau digigit Scoobydoo. Minimal dikejar dan digonggong sekelompok anjing pun sudah membuat kita panik. Apalagi dulu perkerasan aspalnya tidak semulus sekarang, Cuma berupa batu kacang yang dilaburi aspal, itu pun sudah terlepas di sana sini.


Th.30 an di Jl.Melati ini terdapat beberapa hotel besar, salah satu lokasinya yang sekarang di tempati Toko Anam. Satu lagi bernama Hotel “Tungtek”, (th.80an dirobohkan), yang berada pas di tanjakan dekat Jembatan. Pokoknya pada saat itu, sebagai kota Keresidenan (semacam Kabupaten), Belinyu tentu banyak dikunjungi pendatang dengan berbagai kepentingan. Sehingga banyak terdapat beberapa Hotel besar. Selain itu, di Belinyu masih banyak terdapat “Parit”, (Tambang Timah). Pekerjaan di Parit ini semuanya serba manual, jadi banyak sekali tenaga kerja-nya, terutama pekerja-pekerja Kontrak dari Cina sejak abad 18an. Dan Kota Belinyu merupakan kota transit mereka dari parit-parit yang ada di Utara seperti Bubus, Pesaren, Simpang Tigo, dan lain-lain. Kondisi inilahyang membuat Kota Belinyu dulunya ramai, dan salah satu kawasan itu di Jl.Melati ini.



Bangunan tinggi (warna Cream) di sebelah kiri, yang berlokasi di tanjakan, Jl. Melati dulunya bekas Hotel Tungtek, di depannya terdapat sebuah lapangan Basket, milik "Klub Bola Basket Bayangan"(th.70an). Jalan Melati khususnya bagian atas, dulu cukup ramai, terdapat beberapa hotel, karena merupakan bagian dari "Simpang Limo" yaitu kawasan bisnis Depan Bioskop Belia dan sekitarnya.



Kini Jl. Melati sudah beraspal mulus, tidak banyak Anjing lagi, rumah-rumah Kayu kuno, berarsitektur Cina sudah banyak yang dirobohkan, berganti rumah modern. Bahkan Kelenteng di dekat Toko Ajiu-pun sudah kelihatan lebih keren. Sebagian warga Jl.Melati ini banyak yang merantau, pada saat Kongian dan Cengbeng, mulai terlihat ramai kembali, setengat satu dua minggu, untuk selanjutnya sepi kembali, seperti sepinya setiap sudut Kota Belinyu di jaman otonomi daerah ini.