JEMBATAN BANDUNG (revisi-1) :

JEMBATAN BANDUNG : Lokasi di Kmp.Sincong (Karang Lintang).

Kota Bandung pada jaman tahun-60-70an sangat populer di Belinyu. Jakarta memang ibukota, tetapi bagi karyawan Timah, kota Bandung pada saat itu lebih terkenal. Penyebab pertama, jaman itu TTB sedang jaya-jayanya. Setiap karyawan mendapat jatah cuti 2x satu tahun dan 1x satu tahun untuk pejabat. Fasilitas cuti selama 2 minggu itu, bisa menginap di Jakarta, di Mess Rawasari dan bisa di Mess Timah di Dago. Karena Bandung saat itu suasananya masih nyaman, dingin dan belum disesaki angkot “Dago-dago…kalapa!”, jadi banyak yang cuti langsung ke Bandung. Dan ada kantor perwakilan TTB di Bandung, yang mengurus karyawan cuti dan tugas belajar di ITB.


Dari Pangkalpinang naik “kapal terbang” biasa “seulawah” turun di Bandara Kemayoran, setelah lapor di counter TTB, bisa memilih nginap di Jakarta, di Mess Rawasari atau mau ke Bandung. Jakarta-Bandung, yang saat itu, dikuasai mobil jenis superband “48484”. Jadi Jakarta Cuma buat transit saja.

Kedua, Pejabat PT.Timah kebanyakan lulusan Tambang dari ITB di Bandung, jadi masyarakat Belinyu tahunya Bandung juga. Bahkan pada saat itu, kalau orang Belinyu pergi ke Jawa tetap di sebut ke Bandung. “Mau ke Bandung..” bisa bermakna ke Jakarta atau ke Yogya. Pokoknya kota besar itu tahunya kota Bandung. Apalagi Perguruan Tinggi yang meluluskan Insinyur pejabat Timah itu adalah Bandung. Dan memang pada saat itu banyak orang Bangka yang menyekolahkan anaknya ke Bandung. Sehingga ISBA (Ikatan Siswa Bangka) Bandung termasuk yang tertua selain ISBA Yogya.


Saking terkenalnya kota Bandung di Belinyu, sampai-sampai ada sebuah Toko Foto di Jalan Gajahmada yang bernama Toko” BANDUNG”, (tutup sekitar th.80-an). Toko ini cukup besar untuk ukuran jaman itu di kota Belinyu. Selain sebagai studio foto kelas kampung, di dalamnya terdapat lukisan, taman, serta pagar untuk latar belakang foto. Alat fotonya besar, kaki empat, dan yang moto harus diselimuti kain. Selain itu juga menjual alat2 fotografi, kamera “jepret-jepret”, bingkai foto plastic, alat tulis, serta mainan anak-anak. Pokoknya kalau mau foto kenang-kenangan atau pas foto masyarakat Belinyu pasti ke Toko Bandung ini. Pada jaman itu, foto berwarna termasuk barang mewah, merk film yang terkenal ada dua, yaitu: Fuji Color (hijau) dan Sakura Color dengan dominasi warna Oranye.Untuk pas foto tetap harus hitam putih, yang tepinya digunting bergerigi.


Di Belinyu juga ada sebuah Jembatan beton di bangun di dekat Sincong. Karena saat itu jembatan tersebut udah paling top dan pada saat itu cuma terdapat di kota-kota besar maka jembatan inipun dinamakan masyarakat Belinyu sebagai JEMBATAN BANDUNG. Demikianlah terkenalnya Bandung di mata masyarakat Belinyu.


Jembatan Bandung saat ini, dilihat dari arah Belinyu. Diseberang sebelah kiri ke arah Sincong sana, sekarang terdapat Pomp. Bensin. Juga terdapat Gerbang kota Belinyu.



Gerbang Kota Belinyu, dari Sincong ke arah Belinyu. BELINYU BERSATU, Bersatu tidak berlistrik.



Ada kesepakatan tidak tertulis bahwa batas Kota Belinyu sebagai Ring-I adalah Ujung Panji, sedang Ring-2-nya adalah Jembatan Bandung. Jadi sudah termasuk sedikit di luar kota. Jembatan ini lebih terkenal sekitar tahun 80-an, pada saat sepeda motor mulai masuk Belinyu. Karena jarak tempuh ke jembatan Bandung tidak jauh lagi. Bahkan kalau malam Minggu, banyak remaja-remaja bermotor dan pacaran di sekitar Jembatan tersebut. Padahal kalau malam, tentu gelap gulita dan tidak ada yg bisa melihat aliran sungai yang senatiasa berwarna “kopi susu” serta pemandangan yang lumayan lapang dan bagus.


Adapun air sungai tersebut berasal dari Gunung Pelawan, Tampo Ijek (dalam bahasa Mapur berarti "Gunung Hijau" terus ke Kusam dan bermuara di Sungai Pasir terus ke Teluk Kelabat. Daerah di sekitar Sungai ini adalah rawa-rawa, jadi jangan heran kalau musim hujan sejak dari Sincong hingga depan rumah Taijan akan terendam Banjir, dan terputuslah transportasi ke Belinyu. Terpaksa siswa-siswa SMP dan SMA dari Sincong, Lumut libur sekolah.


Sejatinya trase jalan dari Jembatan Bandung ini lurus melewati Benteng Kuto Panji, dan tembus di Belakang Kantor Camat Ujung Panji. Jadi dari Bioskop Belia hingga ke Sincong adalah sebuah jalan yang luruuusss..russ.rus. Cuma karena lokasi disitu rawa-rawa, dari jaman purba selalu banjir, akhirnya dari jembatan Bandung itu dibelokkan ke kampung Batutunu, yang memang tanahnya lebih tinggi. Dan lagi benteng Kuto Panji juga sudah tinggal puing, buat apa lewat disitu.


Faktor lain pengalihan jalan ini, karena disekitar hamparan sungai itu adalah daerah cadangan Timah yang kaya, yang apabila jalan dibiarkan, terus banyak bermukim penduduk, suatu saat kalau mau ditambang atau di tempatkan Kapal Darat, tentu akan menimbulkan biaya besar bagi TTB. Makanya hingga kini jalan dari jembatan Bandung itu lewat Kmp.Batu Tunu.Tahun 40-an berakhirlah pengelolaan timah yang dilakukan (Bangka Tin Winning=BTW), TTB jaman Belanda di sekitar situ (dataran hilir jembatan). Karena Cadangan timah sudah tidak effisien di kelola BTW sendiri, sekitar th 50-an dialihkan ke pihak ke-3, yaitu "NV Volkers" (cemacam Kobatin-nya BTW pada saat itu).


Membaca buku "TIMAH INDONESIA" (Sutejo Sujitno) penulis menyimpulkan, boleh jadi Kapal Darat yang pernah beroperasi di Lembah Panji ini, adalah KK Surabaya (ukuran Mangkuk 9 cuft), pada th.1926 itu baru datang dari Galangan Kapal J.K Smith (Inggris), yang kemudian kapal ini di tarik ke Mengkunung daratan.