KAMPUNG SEKIP-2

Tahukah kita di manakah dataran yang paling tinggi di kota Belinyu?. Adalah Sekip merupakan dataran yang paling tinggi, puncaknya ada di sebelah kanan kalau kita mau ke Kelekak Taru. Disitu ada beberapa Tiang Transmisi Listrik (Bly: “Tiang Len”), dekat dengan tempat bekas Polisi jaman Belanda latihan menembak.

Kita berdiri saja dari situ, akan terlihat jelas laut Teluk Kelabat, P.Nanas, P. Mengkubung. Makanya pada saat Perang Dunia Kedua, Jepang mendirikan sebuah menara pengintai untuk memantau pesawat atau kapal sekutu yang datang menuju Belinyu dari Teluk Kelabat.

Menara itu terbuat dari besi, mirip Tiang Transmisi dengan ketinggian kira-kira 30 meter. Di atasnya dibangun pos pengintai yang pada saat itu disebut orang Belinyu “Kek Pos” yang artinya “Pos untuk meng-keker”. Diatasnya ditempatkan satu-dua orang untuk memantau laut kelabat.

Bila terdapat tanda-tanda kapal musuh, atau sesuatu yang mencurigakan, dilaporkan ke Bengkel melalui telepon engkol. Bengkel kemudian membunyikan Suling tanda bahaya. Masyarakat yang mendengar itu baik siang maupun malam langsung menggigit karet sebesar penghapus, yang dikalungkan di leher.

Kemudian lari bersembunyi di bawah pohon-pohon besar di belakang rumah atau di bungker-bungker yang berbentuk galian lobang. Bila suling berbunyi lagi menandakan kondisi aman, masyarakat pulang kembali ke rumah. Cara melindungi diri ini memang sudah diinstruksikan Jepang kepada Masyarakat Belinyu, pada saat pendudukan Jepang sebelum kemerdekaan, kira-kira tahun 1944.

Kalau suling berbunyi malam hari, semua lampu-lampu dimatikan, sebelum lari ke tempat persembunyian. Dalam satu hari kadang bisa berkali-kali suling berbunyi , berarti berkali-kali juga bersembunyi. Ringem juga ya…..

Itulah riwayat Kampung Sekip ini. Sebuah kampung kecil, namun punya nilai sejarah akibat lokasinya yang berada di ketinggian di Kota Belinyu.


Di Kampung Sekip bagian atas, terdapat dataran tinggi yang dapat melihat dengan jelas kawasan Teluk Kelabat, P.Nanas, P.Mengkubung, bahkan laut depan Mantung. Sayang foto ini diambil sore hari, pada saat mendung sehingga warna laut sama dengan warna awan. Penulis hampir tidak percaya bahwa kawasan Teluk Kelabat sangat jelas terlihat dari sini, pantas saja Jepang membuat Pos Pengintai dari sini.



Menurut sejarahnya di sinilah dulu berdiri "kek pos" (Pos Keker), berupa menara pengawas serangan sekutu dari laut Teluk Kelabat.


Dari Pos Pengintai di Sekip melaporkan melalui telepon engkol ke Bengkel ini untuk dibunyikan suling. Suling sendiri berupa "wayer" (kisi-kisi besi) yang diputar motor listrik dengan kecepatan tinggi sehingga menimbulkan suara. Berbentuk besi bundar, diameter +/- 60 cm, diletakkan tepat di bawah bubungan. (pada gambar adalah bengkel sebelah kanan, di bawah bubungan kecil bundar).


Jalan tanjakan masuk ke dataran tinggi tempat "Kek Pos". Lokasinya belok kanan sebelum Kelekak Taru.



Belok kiri ke Makam Kelekak Taru, lurus menuju lokasi yang dimaksud


KAMPUNG SEKIP-1

KAMPUNG SEKIP - 1

Sekip berasal dari kata “Skip” adalah sasaran untuk menembak. Dinamakan Kampung Sekip, karena disinilah dulu tempat Polisi Jaman Belanda, hingga setelah kemerdekaan latihan menembak supaya “tuju” (Ind: tepat sasaran), agar tidak terjadi “meci kakik, keno dado”.

Polisi pada jaman itu didatangkan dari Jawa, karena Sekolah Pendidikan Polisi memang cuma ada di Jawa. Setiap sore berbarislah satu regu polisi, dari Tangsi ke Sekip. Dengan seragam drill coklat (yang biasanya kedodoran) topi lebar seperti “Wak Honda”, yang salah satu sisinya dilipat. Komandannya “hingka-hingke” dengan kelewang di pinggang, memimpin satu regu barisan menuju Sekip.

Sambil memanggul senapan jenis LE dan menyanyi sorak sorai, mereka akan latihan menembak di Sekip. Mungkin beberapa anak-anak kecil ikut membuntuti barisan, namun tidak boleh sampai lokasi latihan menembak.

Adapun lokasi latihan menembak itu, kira-kira 100 meter setelah simpang ke Bukit tani dan 500 m sebelum “makam kelekak taru” belok kanan ke atas. Disitu banyak terdapat bukit-bukit kecil. Dan dibalik bukit itulah polisi “klepar-klepor” latihan menembak sasaran berupa kertas yang diberi lingkaran seperti obat nyamuk.



Inilah yang dinamakan "skip" yaitu sasaran untuk latihan menembak



Pertigaan di Kampung Sekip. Belok kiri ke Pemakaman Kelekak Taru, terus adalah jalan ke Bukit Tani.


Jalan Kampung Sekip sekarang sudah diaspal mulus



Jakan Masuk ke Sekip dari Jalan Sudirman, tepatnya di samping SDI (Sekolah Dasar Islam)



SDI (Sekolah dasar Islam), satu-satunya Sekolah Dasar Islam di Belinyu. Sekolah ini berada di bawah Dinas Agama. Ssekolah Dasar (Madrasah), Setingkat SMP adalah Tsanawiyah, setingkat SMA=Aliyah. Semua di gabung di sini, Aliyah sekolah di sore hari.


Pemakaman Islam "Quba" (disamping Mesjid Al Inayah)

PEKUBURAN ISLAM “QUBA”

Menurut sejarahnya Pekuburan Qubah ini merupakan Pekuburan Islam yang tertua di Belinyu. Bahkan dari hasil penelusuran yang penulis dapat, ulama yang menyebarkan Islam di Kota Belinyu, yaitu: Syekh Moh Arsyad bin Abdurrahman Asyaad (Th .1721) di perkirakan berasal dari Haddramaut (Jaman Selatan), dimakamkan di sini.

Di Quba ini juga dimakamkan almarhum teman kita Denny Samil (anak Pak Samil, Kepala PLTD Mantung). Almarhum Denny dan Almarhumma Dewi (anak Bpk.Subada, Ka.Biro Listrik), keduanya meninggal dunia pada saat usia remaja akibat “tekelebu” (tenggelam) ketika mandi di Pantai Penyusuk (sebelah Romodong), pada tahun 1977.

Kebetulan Dewi yang berkacamata itu adalah teman satu kelas penulis, di kelas.V SD st Agnes. Penulis masih ingat sekali, pada Hari Minggu kejadian tersebut, penulis sedang memancing di “steiger” (jembatan), bersama orang tua penulis, sementara di kejauhan beberapa pejabat TTB dan keluarganya sedang rekreasi dan mandi-mandi di pantai .

Sekitar tengah hari tiba-tiba datang mendung dan cuaca buruk, dan ombak mulai besar. Air yang tadinya bening berubah menjadi coklat, dari kejauhan penulis saksikan anak-anak yang berenang terlambat kembali ke pantai, karena memang cuacanya berubah tiba-tiba. Salah satu dari mereka tenggelam, dan yang satu ingin menolong, namun akhirnya kedua teman kita tersebut digulung gelombang, dan baru ditemukan sore hari dan satunya pada keesokan harinya.

Selamat jalan Denny dan Dewi, kami teman-temanmu senantiasa mendoakan agar arwah kalian mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Amin



Dilatar belakang pekuburan, terlihat Mesjid Al-Inayah, memang lokasinya berdekatan




Quba saat ini



Sebagian besar makam di sini adalah makam-makam tua



Berada di balik pagar Mesjid Al-Inayah