RENUNGAN DARI PONDOK DUREN :

Banyak warga Belinyu yang menulis di Content Pondok Duren tentang hal-hal yang positif untuk Belinyu dan Bangka, terutama masalah pemberdayaan ekonomi. Ada yang mengangkat topik pertambangan, pertanian dan lain sebagainya. Semua itu yang didiskusikan itu benar adanya dan kita sangat senang bahwa masih ada warga Belinyu dirantauan yang memikirkan kemajuan Belinyu.

Sebetulnya apapun usaha yang kita lakukan akan berhasil, kalau hal itu diiringi oleh sifat KETEKUNAN, KESABARAN dan ULET. Tidak usah terlalu jauh belajar dengan pakar motivasi sekelas Mario Teguh, yang mengemas idenya secara modern. Warga Belinyupun banyak yang telah mengajarkan kita tentang bagaimana berusaha menjadi seorang wirausaha sejati. Tinggal kita menggali saja dari sejarah.

Sebagai contoh, seperti "wak Honda" mungkin kita masih ingat ada seorang tukang gunting rambut keliling yang senantiasa "WTB, work to bike" dengan sepeda. Di perancah “kereto angin” yang sudah lebih tua dari usia beliau, selain ada kotak alat2 gunting, disediakan tempat duduk (dampar), untuk anak kecil. Pompa tangan, hingga jas hujan plastik tersedia di sepedanya. Semua yang ada adalah fungsional untuk profesi sebagai tukar cukur keliling.


Kalau tidak salah beliau ini tinggal di Padang nalang, namun sering kita temui di Air Asem, Batutunu, bayangkan jauhnya etape "tour de gunting" yang ditempuh . Dengan topi yang selebar “penampi”, sebagai ciri khasnya, beliau sangat tekun dan iklas menjalani profesinya. Walau dengan raut muka yang dingin, pelit bicara, namun semangat dan ketekunan tidak pernah luntur oleh panas dan hujan.


Dengan alat-alat seperti ini ditambah sebuah sepeda, anda berani mencari uang untuk menafkahi keluarga? Kalau anda pesimis, seorang warga Belinyu telah membuktikannya pada era 80-an. Dan itu digeluti selama puluhan tahun.



Bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun, profesi dijalankan dengan tekun, tanpa korupsi dan tanpa merugika orang lain. Pribadi demikian ini tentu tidak membebani APBD, tidak memusingkan perbank kan dengan kredit macet. Inilah semangat yang dibutuhkan warga Belinyu saat ini, walau mungkin dengan skala bisnis yang lebih besar dan lebih modern, serta macam yang lain.


Wak Honda ini, demikian beliau diidentifikasikan, di Belinyu ini tidak sendirian, ada juga penjual kue, penjual kempelang, tukang jahit sepatu, penjual daging, bahkan tukang pel rumah. Mereka dengan semangat, tekun, professional di bidangnya serta iklas menekuni profesi mereka sampai akhir hayat. Semangat-semangat seperti inilah yang merupakan sebagian kekuatan ekonomi Belinyu pada jaman dahulu.


Berjualan kue dengan cara "sales door to door" seperti ini, digeluti Yuk Yani selama puluhan tahun, dengan ketekunan dan ketabahan, Semua ilmu dan teori marketing menjadi kerdil dibandingkan dengan semangat beliau menggeluti profesinya.



Ketekunan dan kedisiplinan Karyawan Mantung jualah yang dulu membuat Mantung mampu mengaliri listrik. Etos kerja semacam ini pula, salah satunya yang membuat dulu PT.Timah lebih jaya dari sekarang. Bahkan orangtua kita sendiri mungkin bisa menjadi suri tauladan dalam hal kerja keras dan semangat dan kejujuran serta kepatuhan dalam bekerja serta menghidupi kita semua. Cukup dengan suara “suling bengkel” jarang kita lihat orang tua kita terlambat bekerja atau sengaja bolos bekerja. Padahal gaji tidak seberapa pada saat itu. Tinggal kita sebagai generasi penerus, maukah meneruskan sifat positif seperti itu? Sifat-sifat yang mempunyai korelasi dengan kemajuan Bangka dan Belinyu pada khususnya. Cerita ini masih panjang untuk didiskusikan, namun cukup untuk menjadi bahan renungan di Pondok sambil menunggu Duren jatuh di semak-semak. Namun ide-ide bernas dan berilian serta kereatif tetap kita perlukan untuk melengkapi "semangat wak Honda" di jaman sekarang ini.


Menurut saya lebih baik kita menjadi sepotong ‘belacan” yang baik dari pada menjadi sepotong daging yang busuk dan tidak bisa dimakan.