Inilah bekas pasar Belinyu yang pertama. Entah sejak kapan didirikan yang jelas puluhan tahun lalu disini pernah berdiri pasar tradisional becek, yang jelas sekitar tahun 75an setelah mengalami kebakaran, pasar tersebut dipindahkan 1000m ke arah Aek Cepedak.
Disini dulu pasarnya berbentuk lost-lost terbuka dengan meja-meja beton, yang kotor kecoklatan untuk berjualan ikan di sebelah kanan. Lost bagian tengah untuk sayur, sedang di bagian kiri adalah lost menjual 9 bahan pokok, termasuk belacan asem garem.
Untuk lost tertutup terbuat dari papan. (jaman dulu belum ada Rollingdoor,) jadi pintunya berupa kepingan papan yang disusun vertikal. Selalu ada angka disetiap papan, mencegah salah susun, yang apabila salah urutan susunannya akan menyebabkan macet.
Sebagaimana pasar yang lain, kegiatan ekonomi penunjang pasar "supporting are", seperti penjual buah-buahan (buah lokal, tidak ada buah apel, anggur import) terdapat juga disamping. Ada tukang cukur, Hoklo Sepeda (Toko Sepeda) ada di depan pasar. Disampingnya ada toko sepatu. Diantaranya ada penjual Mie. Ada toko "Lie Kon Nen", yang cukup lengkap barangnya, juga ada toko "Jong Muk", sedikit ke sana ada Toko "Anen", ada juga Warung Kopi Akiong (yang sampai sekarang masih ada). Demikianlah warga Belinyu menyebut toko-toko itu, saking akrab dan lamanya berinteraksi antara pedagang dan pembeli sesama warga Belinyu.
Relawan penjaga pasar Belinyu adalah seorang yang dipanggil "Derasak"., konon, katanya berasal dari Kampung Kacung , Bangka Tengah. Senantiasa pakai celana pendek dekil, baju yang kotor, kadang telanjang dada, rambut uban gondrong acak-acakan, kumis putih yang panjang, pandangannyanya nanar dengan mata selalu merah akibat mabuk. Derasak si "Drunken Master" ini sebatang kara, tidak punyak sanak kadang, profesi awalnya adalah "tukang panjat kelapa", tinggal di salah satu pojokan pasar. Dari para penjual Derasak mendapatkan uang tip, untuk kehidupannya. Karena tinggal di pasar. otomatis urusan perut bukan problem. bagi dia. Setiap sore dengan tekun dia menyapu semua areal pasar dengan sapu lidi. Setelah bersih dan menjelang malam, dia melaksanakan hobbynya berupa : "minum arak" hingga teler. Siang biasa masih tidur menikmati mabuk arak nya. Sore bangun kembali, membersihkan pasar dan kembali teler. Demikian irama hidupnya selama puluhan tahun.
Walau ilmu kesehatan mengatakan alkohol tidak baik untuk kesehatan, yang mengherankan si Derasak ini usianya cukup panjang. Ketika meninggal sekitar tahun 75 an, mungkin usianya juga diperkirakan sudah manula. sekali , yang jelas ketika kita sudah dewasa melihat Derasak ini, sama seperti dulu waktu kita kecil melihatnya, seakan-akan tidak berbeda dalam kurun puluhan tahun. Saking melegendanya Derasak ini di Belinyu, bila ada orang yang rambutnya acak-acakan, atau pakai baju awut-awutan, orang Belinyu mengatakan "seperti Derasak". Namun bagaimanapun, Derasak ini telah berjasa kepada Warga Belinyu dengan profesi sebagai pembersih pasar selama puluhan tahun, tanpa mengharapkan diangkat jadi Pegawai Negeri.
Saat ini, bekas lokasi pasar pertama di Belinyu telah menjadi pusat pertokoaan dan terminal. Terminal ini memang sudah di sini sejak jaman dulu. Sejak mulai ada oplet ke mantung, yang menggunakan tenda terpal, dengan duduk saling berhadapan hingga jaman model mobil angkot sekarang ini.
Disini dulu pasarnya berbentuk lost-lost terbuka dengan meja-meja beton, yang kotor kecoklatan untuk berjualan ikan di sebelah kanan. Lost bagian tengah untuk sayur, sedang di bagian kiri adalah lost menjual 9 bahan pokok, termasuk belacan asem garem.
Untuk lost tertutup terbuat dari papan. (jaman dulu belum ada Rollingdoor,) jadi pintunya berupa kepingan papan yang disusun vertikal. Selalu ada angka disetiap papan, mencegah salah susun, yang apabila salah urutan susunannya akan menyebabkan macet.
Sebagaimana pasar yang lain, kegiatan ekonomi penunjang pasar "supporting are", seperti penjual buah-buahan (buah lokal, tidak ada buah apel, anggur import) terdapat juga disamping. Ada tukang cukur, Hoklo Sepeda (Toko Sepeda) ada di depan pasar. Disampingnya ada toko sepatu. Diantaranya ada penjual Mie. Ada toko "Lie Kon Nen", yang cukup lengkap barangnya, juga ada toko "Jong Muk", sedikit ke sana ada Toko "Anen", ada juga Warung Kopi Akiong (yang sampai sekarang masih ada). Demikianlah warga Belinyu menyebut toko-toko itu, saking akrab dan lamanya berinteraksi antara pedagang dan pembeli sesama warga Belinyu.
Relawan penjaga pasar Belinyu adalah seorang yang dipanggil "Derasak"., konon, katanya berasal dari Kampung Kacung , Bangka Tengah. Senantiasa pakai celana pendek dekil, baju yang kotor, kadang telanjang dada, rambut uban gondrong acak-acakan, kumis putih yang panjang, pandangannyanya nanar dengan mata selalu merah akibat mabuk. Derasak si "Drunken Master" ini sebatang kara, tidak punyak sanak kadang, profesi awalnya adalah "tukang panjat kelapa", tinggal di salah satu pojokan pasar. Dari para penjual Derasak mendapatkan uang tip, untuk kehidupannya. Karena tinggal di pasar. otomatis urusan perut bukan problem. bagi dia. Setiap sore dengan tekun dia menyapu semua areal pasar dengan sapu lidi. Setelah bersih dan menjelang malam, dia melaksanakan hobbynya berupa : "minum arak" hingga teler. Siang biasa masih tidur menikmati mabuk arak nya. Sore bangun kembali, membersihkan pasar dan kembali teler. Demikian irama hidupnya selama puluhan tahun.
Walau ilmu kesehatan mengatakan alkohol tidak baik untuk kesehatan, yang mengherankan si Derasak ini usianya cukup panjang. Ketika meninggal sekitar tahun 75 an, mungkin usianya juga diperkirakan sudah manula. sekali , yang jelas ketika kita sudah dewasa melihat Derasak ini, sama seperti dulu waktu kita kecil melihatnya, seakan-akan tidak berbeda dalam kurun puluhan tahun. Saking melegendanya Derasak ini di Belinyu, bila ada orang yang rambutnya acak-acakan, atau pakai baju awut-awutan, orang Belinyu mengatakan "seperti Derasak". Namun bagaimanapun, Derasak ini telah berjasa kepada Warga Belinyu dengan profesi sebagai pembersih pasar selama puluhan tahun, tanpa mengharapkan diangkat jadi Pegawai Negeri.
Saat ini, bekas lokasi pasar pertama di Belinyu telah menjadi pusat pertokoaan dan terminal. Terminal ini memang sudah di sini sejak jaman dulu. Sejak mulai ada oplet ke mantung, yang menggunakan tenda terpal, dengan duduk saling berhadapan hingga jaman model mobil angkot sekarang ini.
Dibelakang Tugu pertigaan jalan ini, dulunya terdapat Pasar Belinyu yang ke-2 setelah pasar Derasak terbakar. Lokasi pasar ini mulanya cukup representatif, karena banyak ruko-ruko tembok di sekitarnya. Ruko ini di bangun setelah ruko kayu di Belinyu terbakar tahun 1978, yang melalap habis pertokoan pasar, mulai dari Simpang Aek Cepedak" sampai depan pasar. Ludes habis.
Tahun 2005, pasar ini sudah terasa sempit, dan dipindahkan ke daerah "Aek TTB" dekat Perumnas, oleh seorang investor, hingga keberadaannya sampai saat ini. Bekas pasar lama ini telah dirobohkan, dibuat jalan masuk ke arah Aek TTB membelah bukit kecil di belakang pasar. Jaraknya kurang lebih 800m. Cukup representatif namun lumayan jauh, bagi warga Belinyu kebanyakan yang ke pasar menempuh jalan kaki. Tugu ini berada di pertigaan jalan baru menuju Pasar baru.
Tahun 2005, pasar ini sudah terasa sempit, dan dipindahkan ke daerah "Aek TTB" dekat Perumnas, oleh seorang investor, hingga keberadaannya sampai saat ini. Bekas pasar lama ini telah dirobohkan, dibuat jalan masuk ke arah Aek TTB membelah bukit kecil di belakang pasar. Jaraknya kurang lebih 800m. Cukup representatif namun lumayan jauh, bagi warga Belinyu kebanyakan yang ke pasar menempuh jalan kaki. Tugu ini berada di pertigaan jalan baru menuju Pasar baru.
Pertokoan yang dilihat dari pertigaan atau Simpang Aek Cepedak ke arah pasar. Di kiri adalah Jl.Aek Cepedak, Kanan Jl. Sumur Laut dan belakang adalah dari arah terminal. Di pertigaan ini terdapat Bengkel sepeda, toko kelontong, dan penjual Baju di seberang. Di perempatan (ke arah Aek Cepedak) ini kalau pagi ada penjual "Holopan" terang bulan yang enak.
Warga Kampung jawa, Aek Kacip, melewati Jl. Aek Cepedak kalau ke Pasar. Didekat sini juga menjadi pos bagi warga Aek Kacip, Aek Cepedak, Aek Asem untuk bersama-sama pulang dari pasar. Juga menjadi tempat mangkal warga Pesaren, bubus yang akan pulang. Sebuah oto tambang warna Hijau ke Pesaren atau Bubus biasa parkir di Aek Cepedak ini.
Warga Kampung jawa, Aek Kacip, melewati Jl. Aek Cepedak kalau ke Pasar. Didekat sini juga menjadi pos bagi warga Aek Kacip, Aek Cepedak, Aek Asem untuk bersama-sama pulang dari pasar. Juga menjadi tempat mangkal warga Pesaren, bubus yang akan pulang. Sebuah oto tambang warna Hijau ke Pesaren atau Bubus biasa parkir di Aek Cepedak ini.
Jalan dari sampaing pasar lama menuju Pasar Ikan yang baru saat ini, dulu daerah ini merupakan bukit kecil, kebun karet. Tower berada pas di seberang Pasar ikan yang baru.
Pasar ikan Belinyu, saat ini. Dibangun atas upaya seorang investor warga Belinyu, yang perduli dengan Pembangunan di Belinyu. Prosesnya BOT, atau tukar guling (overslaag), kami kurang jelas. Yang pasti Pasar ini lebih baik dan lebih luas dari Pasar yang lama.
Kesibukan di Pasar Ikan yang Baru, yang berlokasi di Depan Air TTB, Jl. Perumnas ke arah Jl.Pekuburan. Lahan parkir yang di dominasi oleh Sepeda Motor. Sepeda atau "kereto angin" sudah sangat jarang kelihatan di pasar ini.
Lost pasar ikan, yang dimana-mana selalu kotor dan bau amis. Seorang penjual daging ayam potong sempat terekam kamera. Dulu sekitar 70an di pasar Belinyu, ayam biasa dijual berupa ayam kampung hidup. Itupun agak susah di dapat kecuali lebaran atau Hari Raya. Ayam Broiler, belum ada pada saat itu. Sekarang daging ayam potong sudah banyak dijual di pasar, apalagi harganya kadang lebih murah dari harga ikan yang didatangkan dari Laut Sungailiat. Laut Belinyu...? Semua habis oleh kapal keruk dan TI apung.......
2 komentar:
ayoy gambar a dan komentar ka ne sedep Yul. soal warung kopi yg men kito ngikut arah foto tu yo, ke kanan kan tempet a, diwarung tu digantung potongan film yg maen ari tu, di Minlong atau Bintang Limo. dan didalam pasar tu ado wong padang buka warung nasik dan ku kenal bener penjual a, sebab ku manggil a Uda Azwar. Men wak Derasak memang ikon wong belinyu la, tapi ado sikok agik yg perlente, maen a di societeit, jago maen piano, namo a Slamet yg galak ngedengus, ado yg tahu kisah selanjut a Slamet ni?
bongkar abis Yul kisah kota kito ni yo.
wassalam
boes
Saya mantan SMA YPN 77an.
Seingat saya Pasar yang sekarang jadi terminal bukan terbakar pindahnya. Saya tahu persis pindahnya ke lapangan kosong yang ada pohon alpukat(yang punya adalah yang punya toko bangunan pertama di belinyu) dan bengkel mobil dan pasar babi(jl pasar lama)
didepan pasar babi ada pom bensin dengan halaman yang luas dulu tempat main layangan, dan ada ko pi tiam yang cukup besar. Pasar ikan dibangun dan dibangun juga toko tanpa tingkat di bekas pasar babi(disini ada cabang toko li ko nen dan toko kopi bubuk (KO PI BU). Bekas pom bensin juga di bangun toko. Operasional Pom Bensin dipindahkan ke Ujung panji, dekat batu tunu. Pada saat ini saya meninggalkan belinyu ke Palembang tanpa tujuan yang jelas. setengah tahun kemudian saya kembali ke belinyu. tahun 1978 inilah terjadi kebakaran, saya tahu persis karena saya ada di belinyu. Setelah kebakaran baru di bangun ruko2 seperti sekarang, saya sempat ikut jadi tukang bangunannya. Pada saat ini baru ada toko bangunan kedua di terminal kepunyaan orang sungailiat.tahun2 ini saya ke jawa.
Pasar babi punya sejarah sendiri. sekitar tahun 1966 sehari sebelum imlek ramai sekali tempat jagalnya.
saya waktu itu bangun jam 3 pagi untuk melihat orang jagal. tempat jagal dan pasar ikan sekarang menjadi jalan menuju mo thian liang ke pasar ikan baru. Dulu mo thian liang ini termasuk daerah yang cukup angker (ada cerita tetang mak(?)/wak(?) kundut. Kalau ada yang berani ambil buah2an di sana tidak akan bisa meninggalkan mo thian liang sampai ditegur oleh nya).sampai disini dulu udah lapa nih maklum udah mau 50th
Posting Komentar