Sebetulnya masih banyak hal-hal yang menjadikan kenangan tentang Pasar Belinyu ini, ada penjual aek legen, ada penjual pisang, ada warung makan padang yang mewarnai pasar Belinyu. Semuanya tinggal menjadi kenangan bagi generasi tua dan menjadi cerita bagi generasi muda.
Untuk warga Belinyu dengan kondisi unik, seperti Wak Dedek yang senantiasa beredar di pasar. Ada "Oke Boy" yang dengan setia menarik gerobak (semacam "rigsaw" kalau di Cina). Tentang Okeboy ini, beliau termasuk pekerja yang ulet, di usianya hingga tua (mungkin sekitar 70 tahun), masih menarik gerobak, membawa karung atau barang-barang toko. Baik dari gudang maupun dari oto Gobu, yang baru datang dari Pangkal Pinang. Kemandirian, keuletan selama puluhan tahun yang perlu ditiru generasi sekarang, tanpa membebani orang lain, dia menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri, betul-betul seorang wirausaha anti neolib dan penganut paham "ekonomi kerakyatan" sejati.
Okeboy ini sangat fanatik dengan sepakbola, walau jarang hadir menonton bola (mungkin karena kesibukan panggilan tugas) dia tetap memantau skor pertandingan Bola di Belinyu. Kesebelasan pavoritnya adalah kesebelasan "Mantung", yang memang merupakan kesebelasan yang handal. Jangan coba-coba mengatakan "Mantung kalah..! kepada dia, sebab semua sumpah serapah akan keluar dari mulutnya. Tapi bila kita bilang "Mantung menang..!" dengan gembira dia jawab "oke boy..!" inilah yang membuat dia di panggil si Okeboy. Kalau saat itu dia sudah tahu liga-liga dunia, mungkin dia akan lebih fanatik ke MU atau Inter Milan.
Profil Okeboy ini adalah, laki-laki tua, hidung mancung, bermata sipit, beberapa giginya sudah tidak ada. Panas atau hujan senantiasa bertelanjang dada menarik Gerobak Kayu. Tali gantungan anyaman rotan melingkar dari pegangan sebuah gerobak, yang sama renta dengan dirinya. Baju kaos cap "swan" lebih banyak disampir di bahu ketimbang dipakai. Sesekali baju kaos kumal itu dikipas-kipaskan ke badannya yang selalu basah oleh keringat. Celana pendeknya cuma kain drill biru dijahit sederhana, sering melorot walaupun diikat dengan tali rafia. Bermandikan peluh, dengan terengah-engah mengantar semua barang titipan orang. Pokoknya lebih ulet dari kurir iklan DHL.
Selesai mengantar barang tidak pernah memasang tarif, seiklasnya saja diberikan orang. Tidak pernah barang kliennya hilang dalam perjalanan, semua berazaskan kepercayaan dan kejujuran. Ruarrr...biasa kamu Okeboy. Di rumah makan manapun dia mau makan dan minum orang tidak pernah marah dan tidak banyak menuntut bayaran. Karena pedagang pasar tahu bahwa Mr. Okeboy tidak pernah menyusahkan para pedagang, rasa kasihan bercampur simpati selalu didapat, dan menjadi mata uang di pelosok pasar. Jangan-jangan merk "Rotiboy yang biasa di Bandara, ter-inspirasi dari si Okeboy ini..ha..ha.. (it's a joke!-red)
Pribadi-pribadi seperti Okeboy ini cukup banyak di Belinyu. Mereka inilah merupakan mata rantai penggerak ekonomi di Belinyu. Walaupun peranannya sepele, namun dia telah memanjangkan proses "multiplayer effect" perekonomian di Belinyu, sebagai mata rantai distribusi barang. Serta mensukseskan tatanan ekonomi dan sosial warga Belinyu secara makro.
Mungkin kita bisa ber-hipotesa, bahwa kondisi Belinyu yang aman, damai dan tentram penuh kekeluargaan seperti dulu, bukan lah suatu hal yang dicipta, tetapi karena memang dulu, banyak warganya sadar dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, walau dengan frame sosial yang tradisional. Sejarah membuktikan, bahwa di Belinyu dulu jarang sekali Polisi disibuk kan dengan pasal-pasal KUHP seperti, pencurian, perampokan, penipuan. Paling urusan judi ringan 'kolok-kolok" kalau lebaran.
Kalau para pemimpin, politisi, terutama yang di-Senayan, mau menjadi pribadi yang dicintai rakyatnya, bekerja dengan iklas, tidak materialistis, ulet, mungkin bisa belajar dari semangat orang-orang seperti Okeboy, Wak Honda, Yuk Yani, Aji penjual Jongkong, Penjual Sayur, dan banyak lagi warga Belinyu lainnya yang bekerja dengan iklas selama bertahun-tahun, tanpa mengiklan kan janji-janji kosong. Tidak usah jauh-jauh mengadakan studi banding ke luar negeri, dengan menggunakan uang rakyat, yang ujung-ujungnya juga diagendakan acara belanja dan hura-hura.
Namun kita juga tidak dapat menjamin apakah Okeboy akan tetap seperti Okeboy, apabila ada kesempatan dan peluang. Namun besar kemungkinan pribadi Okeboy tidak berubah, karena memang nafsu tuntutan hidupnya memang selalu redup oleh atmosfir kehidupan Kota Belinyu yang tidak banyak tuntutan materialistis.
Untuk warga Belinyu dengan kondisi unik, seperti Wak Dedek yang senantiasa beredar di pasar. Ada "Oke Boy" yang dengan setia menarik gerobak (semacam "rigsaw" kalau di Cina). Tentang Okeboy ini, beliau termasuk pekerja yang ulet, di usianya hingga tua (mungkin sekitar 70 tahun), masih menarik gerobak, membawa karung atau barang-barang toko. Baik dari gudang maupun dari oto Gobu, yang baru datang dari Pangkal Pinang. Kemandirian, keuletan selama puluhan tahun yang perlu ditiru generasi sekarang, tanpa membebani orang lain, dia menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri, betul-betul seorang wirausaha anti neolib dan penganut paham "ekonomi kerakyatan" sejati.
Okeboy ini sangat fanatik dengan sepakbola, walau jarang hadir menonton bola (mungkin karena kesibukan panggilan tugas) dia tetap memantau skor pertandingan Bola di Belinyu. Kesebelasan pavoritnya adalah kesebelasan "Mantung", yang memang merupakan kesebelasan yang handal. Jangan coba-coba mengatakan "Mantung kalah..! kepada dia, sebab semua sumpah serapah akan keluar dari mulutnya. Tapi bila kita bilang "Mantung menang..!" dengan gembira dia jawab "oke boy..!" inilah yang membuat dia di panggil si Okeboy. Kalau saat itu dia sudah tahu liga-liga dunia, mungkin dia akan lebih fanatik ke MU atau Inter Milan.
Profil Okeboy ini adalah, laki-laki tua, hidung mancung, bermata sipit, beberapa giginya sudah tidak ada. Panas atau hujan senantiasa bertelanjang dada menarik Gerobak Kayu. Tali gantungan anyaman rotan melingkar dari pegangan sebuah gerobak, yang sama renta dengan dirinya. Baju kaos cap "swan" lebih banyak disampir di bahu ketimbang dipakai. Sesekali baju kaos kumal itu dikipas-kipaskan ke badannya yang selalu basah oleh keringat. Celana pendeknya cuma kain drill biru dijahit sederhana, sering melorot walaupun diikat dengan tali rafia. Bermandikan peluh, dengan terengah-engah mengantar semua barang titipan orang. Pokoknya lebih ulet dari kurir iklan DHL.
Selesai mengantar barang tidak pernah memasang tarif, seiklasnya saja diberikan orang. Tidak pernah barang kliennya hilang dalam perjalanan, semua berazaskan kepercayaan dan kejujuran. Ruarrr...biasa kamu Okeboy. Di rumah makan manapun dia mau makan dan minum orang tidak pernah marah dan tidak banyak menuntut bayaran. Karena pedagang pasar tahu bahwa Mr. Okeboy tidak pernah menyusahkan para pedagang, rasa kasihan bercampur simpati selalu didapat, dan menjadi mata uang di pelosok pasar. Jangan-jangan merk "Rotiboy yang biasa di Bandara, ter-inspirasi dari si Okeboy ini..ha..ha.. (it's a joke!-red)
Pribadi-pribadi seperti Okeboy ini cukup banyak di Belinyu. Mereka inilah merupakan mata rantai penggerak ekonomi di Belinyu. Walaupun peranannya sepele, namun dia telah memanjangkan proses "multiplayer effect" perekonomian di Belinyu, sebagai mata rantai distribusi barang. Serta mensukseskan tatanan ekonomi dan sosial warga Belinyu secara makro.
Mungkin kita bisa ber-hipotesa, bahwa kondisi Belinyu yang aman, damai dan tentram penuh kekeluargaan seperti dulu, bukan lah suatu hal yang dicipta, tetapi karena memang dulu, banyak warganya sadar dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, walau dengan frame sosial yang tradisional. Sejarah membuktikan, bahwa di Belinyu dulu jarang sekali Polisi disibuk kan dengan pasal-pasal KUHP seperti, pencurian, perampokan, penipuan. Paling urusan judi ringan 'kolok-kolok" kalau lebaran.
Kalau para pemimpin, politisi, terutama yang di-Senayan, mau menjadi pribadi yang dicintai rakyatnya, bekerja dengan iklas, tidak materialistis, ulet, mungkin bisa belajar dari semangat orang-orang seperti Okeboy, Wak Honda, Yuk Yani, Aji penjual Jongkong, Penjual Sayur, dan banyak lagi warga Belinyu lainnya yang bekerja dengan iklas selama bertahun-tahun, tanpa mengiklan kan janji-janji kosong. Tidak usah jauh-jauh mengadakan studi banding ke luar negeri, dengan menggunakan uang rakyat, yang ujung-ujungnya juga diagendakan acara belanja dan hura-hura.
Namun kita juga tidak dapat menjamin apakah Okeboy akan tetap seperti Okeboy, apabila ada kesempatan dan peluang. Namun besar kemungkinan pribadi Okeboy tidak berubah, karena memang nafsu tuntutan hidupnya memang selalu redup oleh atmosfir kehidupan Kota Belinyu yang tidak banyak tuntutan materialistis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar