SUNGAI KETOK :

Kami mengucapkan:
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1429.H
SUNGAI KETOK.
Lokasi : Kampung Sungai ketok dilingkari oleh, Jl.HOS Cokroaminoto (Kmp.Tengah), Jl.S.Keladi dan Jl.Pahlawan-12

Inilah Kmp.Sungai ketok saat ini, dilihat dari pertigaan Lap.Volley di samping Mesjid Nurul Cholid. Dulu jalannya berupa pasir hitam halus seperti di pantai. Anak-anak kecil biasa "begedabeng" bermain pasir ini. Sekarang, jalan sudah di aspal, sudah tidak ada lagi lahan untuk bermain pasir dan menangkap "user-user".

Ini adalah Kmp.Sungai Ketok yang menuju ke arah Jagal (sungai Pasir) atau ke arah Sungai Keladi.

Nama Sungai Ketok adalah nama populer di daerah Melayu. Di Kelantan Malaysia, ada sebuah kota kecil bernama Sungai Ketok. Di Mojosari Jawa timur terdapat Sungai yang bernama Sungai Ketok. Di Mentok Juga terdapat Sungai Ketok.
Ketok dalam bahasa Melayu, mempunyai dua makna, yaitu “pukul”, men-ngetok berarti memukul atau mengetuk, arti kedua ketok bermakna “bunyi”, contoh kalimat ” berbunyi ketak-ketok”. Dari makna ini, ada cerita yang mengataka bahwa di sekitar situ, terdapat sungai yang banyak terdapat kerang (lokan), yang memang mengeluarkan bunyi “ketak-ketok” ketika membuka cangkangnya. Sehingga Kampung dekat sunagai tersebut dinamakan Sungai Ketok.
Cerita lain mengatakan bahwa disitu, dulunya terdapat galangan kapal perahu-perahu nelayan berukuran kecil. Pekerjaan yang paling lama dan paling heboh dalam menservis kapal atau kolek adalah menutup celah antara bilah papan perahu, sebelum didempul agar kedap air. Di antara celah tersebut diselipkan pilinan kulit kayu “gelam”, kemudian dipukul masuk dengan semacam baji kayu, untuk selanjutnya ditutup dengan dempul (getah damar yg dimasak dengan minyak).

Proses pekerjaan inilah yang menghasilkan suara “ketak-ketok” yang ritmis dan monoton sepanjang hari. Apalagi dilakukan dari bagian dalam perahu, tentu menimbulkan gema di antara kesunyian pohon-pohon kelapa dan pohon nipah yang banyak di sekitar Sungai tersebut. Bunyi “ketak-ketok” inilah diduga yang memberikan indentitas Sungai di situ dengan nama Sungai Ketok. Begitu kata sebuah cerita.

Proses perbaikan menambal perahu, yang menimbulkan suara ketak-ketok di dekat Sungai ini, sehingga Sungai itu disebut "Sungai Ketok".

Sungai Ketok, yang dimaksud adalah sebuah anak sungai yang mengalir dari Jeramba Busen ke Jagal, dan bermuara di Sungai Pasir. Adapun letaknya, di belakang Mesjid Nurul Cholid kampung Sungai Ketok saat ini.

Pada jaman dulu kala, menurut penutur cerita dari Belinyu, ada seorang tetua di kampung itu yang bernama Muhammad Saleh, pemilik galangan kolek atau perau, beliaulah yang sekitar th.1900 an, yang berprofesi sebagai tukang perahu dan tukang servis kapal. Bahkan menurut cerita, beliau ini meninggal pada jaman Jepang, karena infeksi luka di kaki akibat kejatuhan pahat, alat kerjanya.
Tidak jelas apakah sudah ada orang lain yang menekuni profesi itu di Sungai Ketok, atau memang beliau sendiri yang memulai dan mengakhiri tempat tersebut sebagai lokasi galangan perau

Mesjid Nurul Cholid yang terletak di Sungai Ketok. Menurut cerita, ulama H.Cholid adalah seorang ulama besar dari Banjarmasin yang pertama kali menyebarkan agama Islam di kota Belinyu. Sementara kalangan juga menduga Mesjid ini adalah Mesjid tertua di kota Belinyu.

Di Sungai Ketok dulu terdapat galangan kapal seperti ini

Lokasi Galangan Kapal tersebut sekarang dijadikan Lapangan Volley.

Lahan d isebelah kanan terdapat banyak kuburan yang sampai sekarang tidak ada masyarakat Belinyu yang mengetahui kuburan siapa-siapa yang ada di situ, karena banyak yang tidak ada ahli warisnya.


Kapal-kapal seperti ini dulu dapat masuk ke Sungai Ketok, bahkan sampai Jeramba Busen.

Kondisi Sungai Ketok Saat ini, masih tetap dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air Sungai Pasir.

Masyarakat Sungai Ketok ini, sejak dulu mayoritas nelayan dan pedagang. Sejak akhir abad ke 19 terdapat beberapa saudagar Batik, saudagar permata yang top pada zamannya, yaitu H. Jamaluddin, H. Muhammad Toha, H. Mahmuddin, Batik di beli dari Jawa, khususnya Pekalongan dan dijual di Belinyu. Selain batik, mereka juga ada yang berdagang emas berlian.
Selain saudagar beberapa keluarga warga Sungai Ketok memiliki Pulau yang ada di sekitar Teluk Kelabat, seperti : Keluarga H.Latif pemilik P.Nanas, Keluarga H.Aziz pemilik P. Mengkubung.
Hingga saat ini, sudah jarang yang bermata pencarian sebagai nelayan dan perekonomian Sungai Ketok bergeser, didominasi perdagangan, pembuatan kue dan makanan khas Kota Belinyu, seperti sentra pembuatan Kue Sagu (renta), Dodol, Pantiau, Lakso dan makanan khas Belinyu lainnya. Sebagian lagi berdagang di sektor informal seperti berdagang makanan hingga saat ini. Ada juga yang jadi karyawan Timah setelah kejayaan PT.Timah

Satu hal yang merupakan ciri khas masyarakat Sungai Ketok ini adalah religius. Ke-religiusan masyarakat Sungai ketok ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat Sungai Ketok pergi Haji sejak dulu hingga saat ini. Setiap tahun ada saja warga Sungai Ketok yang pergi Haji. Populasi Haji yang paling tinggi di Belinyu, mungkin ada di sini.

Standar-standar dalam pelaksanaan syariat Islam di kota Belinyu cukup kental di masyarakat Sungai Ketok. Termasuk juga beberapa kegiatan keagamaan di Mesjid Nurul Cholid, seperti Sedekah Ruwah, Nisfu Sya'ban, pembacaan Barzanji yang diambil dari Kitab Majmu'atun Mawalid Wa'adiyah (Kumpulan sejarah Nabi dan Doa-doa) . Semoga saja kegiatan2 keagamaan tersebut tetap terpelihara di kampung Sungai Ketok.

Pembacaan al-barzanji, masih rutin dan sering dilakukan di Kampung Sungai Ketok

Acara "Nyukur Anak" pemotongan rambut bayi yang diiringi acara pembacaan Barzanji
(kedua foto ini atas di opy dari blog wong Belinyu "rusdiography.multiply.com")
Selain itu masyarakat di sini, memiliki rasa kekerabatan yang erat. Pernikahan dengan tetangga dekat atau saudara sepupu adalah hal yang umum. Effek positifnya adalah budaya hidup di Sungai Ketok dapat terpelihara, secara turun menurun, namun juga agak sulit berkembang.

Salah satu Rumah Tua di Kampung Sungai Ketok yang masih tersisa. Dulunya rumah seperti ini termasuk rumah mewah, yang cuma dimiliki oleh orang-orang kaya atau saudagar


Sebuah rumah tembok tua yang sudah ada sejak jaman dulu di Kampung Sungai Ketok. Di depannya terlihat aktivitas pemuda, yang sedang membongkar dan memodifikasi Scooter (Vespa)






1 komentar:

Anonim mengatakan...

user2, binatang yg juga sayo suka kalau bermain pasir. juga semasa mengaji di belinyu (lupo namo kampung a) sambil nunggu guru ngaji, kami panggil 'Nyai' ukuran nenek, kami dibwah rumah panggung beliau 'mancing' ulat tanah dgn rumput dan sangat mengasyikkan kala itu.
wassalam
boes