SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1429.H
Lokasi : Kampung Sungai ketok dilingkari oleh, Jl.HOS Cokroaminoto (Kmp.Tengah), Jl.S.Keladi dan Jl.Pahlawan-12
Ini adalah Kmp.Sungai Ketok yang menuju ke arah Jagal (sungai Pasir) atau ke arah Sungai Keladi.
Pada jaman dulu kala, menurut penutur cerita dari Belinyu, ada seorang tetua di kampung itu yang bernama Muhammad Saleh, pemilik galangan kolek atau perau, beliaulah yang sekitar th.1900 an, yang berprofesi sebagai tukang perahu dan tukang servis kapal. Bahkan menurut cerita, beliau ini meninggal pada jaman Jepang, karena infeksi luka di kaki akibat kejatuhan pahat, alat kerjanya.
Tidak jelas apakah sudah ada orang lain yang menekuni profesi itu di Sungai Ketok, atau memang beliau sendiri yang memulai dan mengakhiri tempat tersebut sebagai lokasi galangan perau
Mesjid Nurul Cholid yang terletak di Sungai Ketok. Menurut cerita, ulama H.Cholid adalah seorang ulama besar dari Banjarmasin yang pertama kali menyebarkan agama Islam di kota Belinyu. Sementara kalangan juga menduga Mesjid ini adalah Mesjid tertua di kota Belinyu.
Lokasi Galangan Kapal tersebut sekarang dijadikan Lapangan Volley.
Lahan d isebelah kanan terdapat banyak kuburan yang sampai sekarang tidak ada masyarakat Belinyu yang mengetahui kuburan siapa-siapa yang ada di situ, karena banyak yang tidak ada ahli warisnya.
Kapal-kapal seperti ini dulu dapat masuk ke Sungai Ketok, bahkan sampai Jeramba Busen.
Kondisi Sungai Ketok Saat ini, masih tetap dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air Sungai Pasir.
Masyarakat Sungai Ketok ini, sejak dulu mayoritas nelayan dan pedagang. Sejak akhir abad ke 19 terdapat beberapa saudagar Batik, saudagar permata yang top pada zamannya, yaitu H. Jamaluddin, H. Muhammad Toha, H. Mahmuddin, Batik di beli dari Jawa, khususnya Pekalongan dan dijual di Belinyu. Selain batik, mereka juga ada yang berdagang emas berlian.
Selain saudagar beberapa keluarga warga Sungai Ketok memiliki Pulau yang ada di sekitar Teluk Kelabat, seperti : Keluarga H.Latif pemilik P.Nanas, Keluarga H.Aziz pemilik P. Mengkubung.
Hingga saat ini, sudah jarang yang bermata pencarian sebagai nelayan dan perekonomian Sungai Ketok bergeser, didominasi perdagangan, pembuatan kue dan makanan khas Kota Belinyu, seperti sentra pembuatan Kue Sagu (renta), Dodol, Pantiau, Lakso dan makanan khas Belinyu lainnya. Sebagian lagi berdagang di sektor informal seperti berdagang makanan hingga saat ini. Ada juga yang jadi karyawan Timah setelah kejayaan PT.Timah
Satu hal yang merupakan ciri khas masyarakat Sungai Ketok ini adalah religius. Ke-religiusan masyarakat Sungai ketok ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat Sungai Ketok pergi Haji sejak dulu hingga saat ini. Setiap tahun ada saja warga Sungai Ketok yang pergi Haji. Populasi Haji yang paling tinggi di Belinyu, mungkin ada di sini.
Standar-standar dalam pelaksanaan syariat Islam di kota Belinyu cukup kental di masyarakat Sungai Ketok. Termasuk juga beberapa kegiatan keagamaan di Mesjid Nurul Cholid, seperti Sedekah Ruwah, Nisfu Sya'ban, pembacaan Barzanji yang diambil dari Kitab Majmu'atun Mawalid Wa'adiyah (Kumpulan sejarah Nabi dan Doa-doa) . Semoga saja kegiatan2 keagamaan tersebut tetap terpelihara di kampung Sungai Ketok.
Salah satu Rumah Tua di Kampung Sungai Ketok yang masih tersisa. Dulunya rumah seperti ini termasuk rumah mewah, yang cuma dimiliki oleh orang-orang kaya atau saudagar
1 komentar:
user2, binatang yg juga sayo suka kalau bermain pasir. juga semasa mengaji di belinyu (lupo namo kampung a) sambil nunggu guru ngaji, kami panggil 'Nyai' ukuran nenek, kami dibwah rumah panggung beliau 'mancing' ulat tanah dgn rumput dan sangat mengasyikkan kala itu.
wassalam
boes
Posting Komentar