SD st AGNES BELINYU :

SD st Agnes milik Yayasan Tunas Karya, didirikan jauh sebelum tahun 59, karena SMP st Yosef saja didirikan tahun 1959. Diperkirakan tahun 1950 dibangun Belanda. Disinilah noni dan sinyo Belanda yang orang tuanya bertugas di BTW (Banka Tin Winning) disekolahkan, juga para inlander yang orangtuanya mempunyai jabatan, baik di Timah maupun di Pemerintahan.
Untuk rakyat yang sangat biasa sekali, atau rakyat jelatah, cukup sekolah di Jeramba Busen. Silahkan mau nyeker, atau kaki ayam. Namun saat ini sekolah-sekolah SD di Kota Belinyu mutunya sudah hampir sama baik. Sudah hampir tidak ada perbedaan lagi. Semua bertujuan mencerdaskan anak-anak Belinyu.
Pintu Gerbang SD st Agnes. Ciri bangunan Belanda, batu alam tempel sebagai faced, pada tiang gerbang

Kantor SD, tempat Guru berkumpul. Kepala Sekolah Suster Roberta, Suster Iknatah dan dan juga Surter Margaret. Sedang Suster Casiana mengajar Bahasa Inggris. Para Guru Kelas.6 (spt: Pak Sardi, Pak Supangat, Ibu Hotmaida), Guru kls.5 (Pak Sugriwanto, Ibu Afut, Causak), Guru kls.4 (Ibu Margaret) dan lain-lainnya yang tidak bisa kita sebut satu persatu. Pengumpul uang sekolah Pak Thai, terus diganti Ibu Kimtin. Para suster dan guru telah memberikan sumbangsih terhadap pendidikan di SD st Agnes Belinyu.

Teras dari ujung kelas.6 sampai ke Kantor

Kondisi dalam ruang kelas. Selesai jam pulang beberapa murid ada yang bertugas piket membersihkan kelas. Murid laki-laki mengangkat bangku yang perempuan menyapu


Bangku ini dulu digunakan di kelas.5 & 6 ada yang dilengkapi laci, ada yang papan mejanya dilengkapi engsel dengan tempat buku di bawahnya. Di tengah atas ada yang terdapat lubang untuk tinta. Digunakan pada saat menulis pakai pena celup.
Bangku ini dibuat dari kayu jati mutu terbaik. Beratnya minta ampun, Permukaan kayu sampai mengkilat dan halus akibat digunakan. Usia bangku ini mungkin sudah hampir seratus tahun, madih terdapat di salah satu ruang kelas.

Inilah yang dinamakan "georgian wood desk", jenis bangku sekolah yang paling egronomis dan paling baik untuk anak sekolah, dimana tulangnya masih dalam tahap pertumbuhan. Sayang sekali bangku jenis ini sudah jarang digunakan sekolah-sekolah SD.

Panggung hitam ini biasa tempat instruktur SKJ (Senam Kesejahteraan Jasmani) yang sebetulnya adalah tandon untuk menampung air hujan. Orang Belanda yang membangun komplek sekolah ini sungguh sudah mempertimbangkan pemannfaatan air hujan yang maximal dan penggunaan air tanah yang minimal. Ada dua lagi tangki besi di dalam asrama suster untuk menampung air hujan.

Bak penampung air di depan kelas.6, untuk cuci tangan dan menyiram bunga. Airnya bersih dan banyak ikan singapur di dalamnya.




Ikan Gupi (ikan singapur) yang masih ada di dalam bak tersebut sampai saat ini


Pendopo (Aula) dipakai untuk acara-acara besar, seperti Ulang Tahun sekolah, Acara Perpisahan dan lain-lain. Disamping kiri adalah tempat parkir yang baru dibangun belakangan, berada di depan kantor.

Kontruksi kayu jati pada atap pendopo yang dicat hijau tua, sudah berusia seratusan tahun, namun masih sangat baik kondisinya. Suatu kontruksi yang sangat effisien dan sangat mementingkan kaidah kekuatan atap suatu bangunan bentang lebar.

Lonnceng tua sebagai tanda masuk, keluar main (istirahat), dan pulang. Sedangkan antara jam pelajaran digunakan lonceng tangan.

Ini lonceng tangan (hand bell) kuningan untuk tanda penggantian jam pelajaran. Lonceng berdiameter 15 cm ini di bunyikan oleh Guru Kelas 6.A dan B secara bergiliran. Biasa Guru kelas 6 menyuruh ketua kelas utntuk membunyikannya. Lonceng yang lebih kecil, diameter 5 cm biasa digunakan penjual Es roti, yang disebut Es krining-krining, yaitu dua scoop es krim yang ditaruh di belahan roti Ajung,


Kapel (Gereja Kecil) yang berada di dalam Asrama Suster (Susteran)

BKIA (Balai Kesehatan Ibu Anak) saat ini, adalah bekas gereja, sebelum gereja yang ada saat ini. Bangunan di samping kanan adalah asrama untuk Bidan dan perawat di BKIA


BKIA yang lama, berada didepan pintu kecil pagar kawat.


Foto murid Taman Kanak-Kanak SD st Agnes th.1972, ketika mengikuti pawai 17 Agustus. Foto ini pada saat berada di pertigaan tangsi ketika arak-arakan keluar dari kantor Camat.

Guru yang mengiringi adalah guru TK (Ibu Ajung, berbaju Biru), Dibelakang Ibu Ajung Yuliandi (berjas), Masdah Mukri (berbaju putih, disamping Ibu Ajung), Yudi (anak Ir.Suyud, baju merah, topi kuning). Di depan adalah Wiwik Sukirman (berbaju perawat, pernah tinggal di jalan Balar atas, samping Stasiun Rumah sakit). Di bagian belakang, seorang ibu-ibu memakai blazer hijau, adalah Ibu Sujud.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

sayang gedung sekolahnya tidak bersih dan terawat spt doeloe.
mustinya murid2 bisa digairahkan ikut membersihkan itu sekaligus utk menimbulkan rasa memiliki bersama yg nantinya tumbuh kesadaran utk menjaga lingkungan hidup yg asri.
wassalam
boes

YULIANDI mengatakan...

hal tersebut juga pernah menjadi bahan diskusi kami dg guru-guru senior, ternyata, karakter murid-murid sekarang jauh berbeda dengan dulu. Nilai-nilai, norma yang ada sudah berbeda. Mereka juga tidak se hormat kita dulu kepada para guru. Miris ya pak boes, trims atas kunjungannya