STASIUN-V Kmp.SUNDA dan LISTRIK BELINYU
Setelah berpuluh tahun PLTU Mantung sebagai pembangkit terbesar di Asia Tenggara (pada saat berdiri) menghasilkan listrik, maka pada tahun 80-an, tenaga pembangkit yang tadinya dari uap, dirubah menjadi PLTD yang mesin pembangkit nya adalah mesin Diesel. Inilah mulainya malapetaka listrik di Belinyu. Belakangan dengan naiknya harga bahan bakar minyak, dan kerusakan mesin akhirnya Pembangkit listrik kebanggaan Masyarakat Belinyu ini tinggal kenangan. Teronggok tinggal puing.
Saat ini ada dua sumber daya listrik yang menerangi Belinyu. Satu dari pembangkit Baturusa yang melayani sebagian besar listrik di P.Bangka. Pembangkit ini dihibah oleh PT.Timah. Yang kedua adalah pembangkit PLTD kecil yang ditempatkan di ex Stasiun-V, Kampung Sunda, dengan system swa kelola oleh Koperasi serba Usaha.
Jadilah listrik Koperasi ini merupakan listrik termahal di seluruh dunia. Bayangkan tarifnya Rp.200.000,- 900 wat, dengan waktu menyala dari jam.18.00 s/d jam 24.00, satu hari menyala dan satu hari mati. Betul-betul menyengsarakan dan menurunkan kualitas hidup warga Belinyu.
Gedung bekas Stasiun-V yang telah berubah fungsi menjadi rumah Genset untuk pengadaan sebagian listrik Belinyu. Disinilah rumah asal “byar” dan “pet” listrik Belinyu.
Sebagian instalasi transmisi listrik yang masih tersisa. Dulu daya listrik 30KVA dari PLTU Mantung di transfer melalui transformator (trafo) menjadi 10KVA, untuk melayani Tambang dan parit serta daya 220V untuk melayani rumah tangga masyarakat dan karyawan TTB.
Sementara Pemerintah Daerah masih “mempertimbangkan” untuk membangun Pembangkit Listrik, dilain pihak tower-tower transmisi sudah mulai habis “ditimbang” para pengumpul besi tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar