JALAN TREM :

JALAN TREM :

Lokasi : Jalan melintang dari Jalan Melati, hingga ke Kampung Bukit Jukung,
atau Pararel dengan Jalan Pahlawan-XII dan Jalan Bukit Jukung.


Foto ini di scan dari Buku:" Dampak Kehadiran Timah Indonesia sepanjang Sejarah" karangan Sutedjo Sujitno, mengatakan bahwa trem ini adalah trem di kota Belinyu. Kalau memang hal ini benar, berarti foto ini berlokasi di depan Bioskop Belia, sebelum berbelok kiri, ke arah jembatan Beng-beng.


Foto ini juga di scan dari buku yang sama, dimana trem digunakan selain untuk mengangkut hasil Timah ke Berok, juga mengangkut penumpang

Trem Penumpang di Indonesia.

Trem-trem Belanda jenis ini yang banyak beroperasi di Indonesia pada jaman dulu

Sejak dahulu sebetulnya di Indonesia Kereta Api sudah merupakan Alat Angkut yang ditetapkan Pemerintah Belanda. Mereka menyebutnya Trem (Tram). Di Bangka juga terdapat moda angkutan berupa trem (tram), hal ini dapat diduga, karena hampir di setiap kota di Bangka, seperti Pangkalpinang, Sungai liat terdapat nama jalan trem.

Trem memang moda angkutan yang paling efektif dan effisien untuk menghubungkan dua titik. Namun kelemahan moda angkutan ini adalah kurang mobil, karena hanya dapat berjalan di atas jalan baja (rail). Hingga kini bermacam-macam trem sudah di buat. Baik yang besar yang disebut train (Inggris) maupun yang berukuran kecil yang disebut "lori"
Pada Jaman Belanda dulu, pelabuhan di Belinyu yang melayani bongkar muat barang export/import ada di Berok (Kampung Gudang). Disitu dulu terdapat Kantor Bea Cukai (Douane), Syahbandar. Salah satu fungsi pelabuhan ini adalah pelabuhan export hasil Timah batangan yang di lebur di Peleburan Timah di Mantung.
Jalan Trem (Jalan Train/Jalan Rel) dibangun sebagai sarana transportasi orang dan barang yang menghubungkan Mantung dan Pelabuhan Berok. Dari Belinyu ke Mantung, trem ini juga membawa pekerja yang berangkat bekerja ke Mantung, sedang dari Mantung-Belinyu membawa Timah Batangan yang akan di export melalui Pelabuhan Berok.

Seperti di ketahui, pada Jaman Belanda, setiap Wilayah Produksi (Wilasi) Bangka Tin Minning, masing-masing memiliki Tambang/Parit, Unit Pencucian Pasir Timah dan Peleburan Timah di masing-masing daerah. Pada saat itu peleburan timah belum terpusat di Peleburan Timah Mentok (Peltim).

Untuk Wilayah Produksi Belinyu, pasir timah dari tambang-tambang dicuci dan di turunkan kadar airnya (digoreng) di Wassrij (wash-dry) atau “Wasrei”, yang terletak di belakang Rumah Sakit Belinyu. Setelah itu di bawa ke Mantung menggunakan “kampil” (karung kecil) untuk di leburkan menjadi Timah Batangan di Rumah Peleburan Timah (yang disebut Rumah Puput). Hasilnya berupa Timah Batangan yang siap di export .

Tanur peleburan Pasir Timah (Note: Foto-foto dari Forum DS, Web.PT. TIMAH)

Kembali ke Jalan Trem tadi, jalurnya di mulai dari Pelabuhan Berok, terus ke Kampung Gudang, Simpang Pahlawan-XII, terus ke Toko Anam, trus ke Simpang Bioskop Belia (dulu disebut Simpang Limo). Dari situ berbelok kiri, hingga ke Jl. Melati (kai mui=bhs Cina)) . Melewati SMP Negeri-I terus ke lapangan sepak bola stadion hingga memotong Jl.Kartini (Bukit Penyep). Dari situ lurus menembus Jl.Cut Yak Dien (Bukit Juna) Terus hingga ke Air Terak di bawah Kantor Telekomunikasi Padang Nalang.

Sampai di sini, Trem Uap ini berbelok kiri melewati Jalur Transmisi Tegangan Tinggi 30 KVA, melewati sisi Padang Lalang hingga ke Pulau Pune, melewati Batu Dinding hingga ke tempat Peleburan, Rumah Puput di Mantung.

Ada beberapa tempat perhentian Trem ini untuk mengangkut Pegawai yang bekerja di Mantung dan sekitarnya, salah satunya yaitu di pertigaan Jl.Pahlawan-XII. Disinilah mereka menunggu Trem untuk pergi bekerja dari kota Belinyu ke Mantung.

Tahun-tahun 70an, masih tersisa sebagian rel trem ini. Itupun sudah terbenam di dalam tanah. Saat ini mungkin, sudah tidak ada bekasnya, padahal kalau di pelihara, dapat menjadi daya tarik wisata di kota Belinyu. Seperti di jalur kereta api kuno di Ambarawa.

Di Tambang Timah dan Mantung khususnya, yang berada di Belinyu, tentu dulu banyak orang Belanda, Cina Daratan yang menjadi karyawan dan pernah bekerja di situ. Belinyu bisa mengambil bagian sebagai objek Wisata Sejarah Tambang. Apalagi kalau di gandeng dengan kota-kota lain yang ada di Pulau Bangka. Pasti menjdadi objek wisata yang menarik. Saat ini, mungkin masih banyak warga Cina, Belanda yang berminat mengunjungi wisata sejarah di Bangka..
Tahun 84, pernah datang serombongan orang Belanda ke Belinyu, mereka napak tilas ke rumah yang pernah mereka diami pada masa kecil dulu. Kebetulan salah seorang dari mereka (kira2 berusia 60 tahun, bercerita bahwa dulu dia di lahirkan di Belinyu, di Jalan Curam, pada waktu orangtuanya bekerja di Tambang Timah.

Selain untuk bahan industri, Timah juga dibuat kerajinan tangan

Jadi, Jalan Trem, (tram=Belanda) tadi dinamakan demikian, karena memang dulunya jalan itulah yang terdapat jalur trem Berok-Mantung. Sampai sekarang, kalau disebut Jalan Trem itu, adalah jalan panjang dari Jl.Melati hingga ke kampung Bukit Jukung sana.

Tidak ada komentar: