-->
-->
MATERI BLOG INI SEBAGIAN DIAMBIL DARI NASKAH UNTUK BUKU YANG AKAN DITERBITKAN. DIKUMPULKAN BERDASARKAN CERITA DARI MULUT KE MULUT. TEAM KAMI AKAN MENAMBAH POSTING, UNTUK MENELUSURI SEMUA SEJARAH NAMA KAMPUNG YANG ADA DI KOTA BELINYU. KOMENTAR YANG DIKIRIM PENGUNJUNG MELALUI CONTENT COMMENT, DILUAR TANGGUNG JAWAB KAMI. APABILA PENGUNJUNG MEMPUNYAI CERITA, LEGENDA TENTANG KOTA BELINYU, FOTO JADUL, KIRANYA DAPAT DIKIRIM KE REDAKSI ____guraping@yahoo.com____
KAMPUNG SABER
Jaman dulu, waktu belum banyak sepeda motor di Beliyu, Kmp.Saber, sudah termasuk daerah pedalaman. Orang hanya melewati Saber kalau mau ke Simpang Tigo, Bubus, Thai Kong Poi Penyusuk atau Pesaren. Jalannya tanah kuning. Becek bila hujan, berdebu jika panas. Sesekali dilewati oto DW yang memobilisasi alat-alat berat TTB ke Tambang-Tambang di Wilayah Utara. Kalau oto DW lewat, anak-anak kecil berhamburan keluar melihat oto monster tersebut lewat, sambil teriak “oto DW….oto DW..!!!”.
Begitulah anak-anak Belinyu dulu, ada pesawat terbang diteriaki “kapal terbang… minta duit…!”. Warisan dari jaman Jepang dulu yang sering menghamburkan selebaran kepada rakyat Belinyu, kalau ada pengumuman. Selebaran dikira lembaran duit.
Tahun-tahun 70-an masih sering “kereto surung” masuk ke Belinyu, pasti lewat Saber. Kendaraan lain yang sering lewat Saber adalah Motor Keng Ikan. Motor ini berupa Motor Honda (biasanya) yang dilengkapi Keranjang Rotan (Bah.Belinyu disebut “ Keng”). Setiap pagi “beduwes-duwes” motor ini dari Pesaren, Bubus membawa ikan. Pulang tengah hari bermuatan barang-barang toko. Jadi fungsi Motor Keng ini seperti jasa Expedisi pengangkutan Pesaren-Belinyu.
Jl.Kmp.Saber ini pararel dengan Jl.Kmp Sunda. Terletak mulai dari SD.Tigo hingga ke Simpang Pasir Mera sana. Kalau dulu masih terdapat banyak rumah berdinding papan, kini sudah banyak rumah tembok. Dan Kmp.Saberpun akhirnya sudah kelihatan modern. Dan Kayaknya sudah janggal kalau menyandang nama Kamp.Saber, cukup Saber saja.
STASIUN-V Kmp.SUNDA dan LISTRIK BELINYU
Setelah berpuluh tahun PLTU Mantung sebagai pembangkit terbesar di Asia Tenggara (pada saat berdiri) menghasilkan listrik, maka pada tahun 80-an, tenaga pembangkit yang tadinya dari uap, dirubah menjadi PLTD yang mesin pembangkit nya adalah mesin Diesel. Inilah mulainya malapetaka listrik di Belinyu. Belakangan dengan naiknya harga bahan bakar minyak, dan kerusakan mesin akhirnya Pembangkit listrik kebanggaan Masyarakat Belinyu ini tinggal kenangan. Teronggok tinggal puing.
Saat ini ada dua sumber daya listrik yang menerangi Belinyu. Satu dari pembangkit Baturusa yang melayani sebagian besar listrik di P.Bangka. Pembangkit ini dihibah oleh PT.Timah. Yang kedua adalah pembangkit PLTD kecil yang ditempatkan di ex Stasiun-V, Kampung Sunda, dengan system swa kelola oleh Koperasi serba Usaha.
Jadilah listrik Koperasi ini merupakan listrik termahal di seluruh dunia. Bayangkan tarifnya Rp.200.000,- 900 wat, dengan waktu menyala dari jam.18.00 s/d jam 24.00, satu hari menyala dan satu hari mati. Betul-betul menyengsarakan dan menurunkan kualitas hidup warga Belinyu.
Gedung bekas Stasiun-V yang telah berubah fungsi menjadi rumah Genset untuk pengadaan sebagian listrik Belinyu. Disinilah rumah asal “byar” dan “pet” listrik Belinyu.
Sebagian instalasi transmisi listrik yang masih tersisa. Dulu daya listrik 30KVA dari PLTU Mantung di transfer melalui transformator (trafo) menjadi 10KVA, untuk melayani Tambang dan parit serta daya 220V untuk melayani rumah tangga masyarakat dan karyawan TTB.
Sementara Pemerintah Daerah masih “mempertimbangkan” untuk membangun Pembangkit Listrik, dilain pihak tower-tower transmisi sudah mulai habis “ditimbang” para pengumpul besi tua.