Jl. BALAR :

Jl. Balar (Balaar) ini adalah komplek perumahan TTB. Menurut penelusuran kami nama Balaar diambil dari nama orang, entahkah orang yang pertama tinggal di situ, atau orang yang membuka jalan itu. Namun teori ini agak lemah, mengingat tidak nbanyak orang yang mengetahui hal ini. Meski perumahan di sini dibangun setelah Jl.Curam, namun lebih luas dan lebih besar dari pada kompleks Jl. Curam. Bahkan jalannyapun menurun lebih curam. Jalan ini termasuk jalan utama, karena merupakan jalan akses dari daerah sekitar Bukit Ketok ke Jl. Jend. Sudirman.
Sama ceritanya dengan Jl. Curam, perumahan disinipun, kelihatan tidak terurus seperti dulu, rumput tinggi, pagarnya mulai rusak dan rumahnyapun mulai terlihat kusam dan tidak terurus sebagai mana komplek TTB di Belinyu pada umumnya.


Jl. Balaar dilihat dari depa Rumah Sakit TTB


Rumah di depan Stasiun Rumah Sakit


Rumah sebelah kiri no.2


Rumah di samping Stasiun


Tanpa pagar dan rumput tak terawat


Siapa-siapa yang pernah tinggal di sini?


Rumah ini facingnya berbeda dengan rumah-rumah yang lain





Rumah tropis dengan penonjolan teras


Teras diupayakan membelakangi arah Barat, agar budaya Belanda minum teh di sore hari tidak panas kena sinar matahari


Kompleks Rumah Dinas di Jl.Balaar memang bentuknya tidak sama, satu sama lain




Rumah yang paling bawah, di tepinya terdapat sungai kecil yang mengalir dari Wassrij (wasre) hingga ke Jeramba Busen



Salah satu rumah pribadi yang bukan Rumah dinas, terletak di Jl. Balar. Dulunya merupakan hutan, dan ada jalan setapak, melewati Rumah Ce,Juki, kelekak Tuk Yasin, hingga ke Wasre

JL. SURAMENGGALA (CURAM) :

Lokasi:
Jl.Suramenggala atau Jl.Curam, terbentang dari Jl.Depati Amir hingga Bengkel Listrik atau Gereja Ayam.

Nama Suramenggala, diambil dari nama salah seorang Demang dari Depati Amir. Ada 3 (tiga) Demang, yaitu: Demang Singajudha, Demang Batin Tikal dan Demang Suramenggala. Makanya jalan utama dinamakan Jl. Depati Amir (depan RS - lapangan tennis-tangsi) sedang cabang2 nya diambil dari nama para Demang-nya.
Jalan ini juga disebut Jl.Curam, walaupun sebetulnya tidak curam-curam amat konturnya, memang sedikit di ujung (dekat kebon Wak Man dulu) ada belokan, sempit yang curam. Tapi biarlah begitu, sampai saat ini tidak ada yang risau kalau jalan Suramenggala ini di sebut juga Jl. Curam.
Kalau dilihat arsitektur rumah, perumahan di sini, kelihatan sekali arsitektur tropis Belanda. Atapnya curam, tembok tebal, plafond tinggi, serta terdapat dua dapur. Tiap rumah mempunyai sumur dengan air yang sangat jernih. Keliling rumah dibangun pagar tembok. Penataan ruangan bergaya kolonialisme karena ada bagian untuk pembantu. Bangunan Rumah Utama diperuntukkan Tuan Rumah, dan ada ruangan untuk pembantu Belanda (jongos), di bagian belakang. Makanya dalam bahasa Cina Belinyu jalan ini disebut “holan kai” (kampung Belanda). Karena dulunya yang tinggal di sini adalah orang-orang Belanda yang bekerja di Timah Bangka. Diperkirakan perumahan disini dibangun sekitar th.1900-an. Perumahan di Jl.Curam ini, sebetulnya di peruntukkan bagi Kepala Urusan (Karus) atau yang eselonnya, namun banyak juga para Kepala Bagian ditempatkan di sini. Berhubung rumah ini sudah keluarmasuk didiami karyawan Timah, maka setiap rumah mempunyai kenangan tersendiri, untuk dikenang.

Jalan Curam tahun 2008, terlihat tidak terurus. Dulu jalan ini bersih dan terawat, lengkap dengan pagar kawat besi. Seperti inilah tipikal daerah pemukiman pertambangan yang sudah habis deposit tambangnya. Ada suatu hipotesa yang mengatakan bahwa kegiatan ekonomi pertambangan itu, efeknya buruk dalam jangka panjang untuk perkembangan daerah dan reklamasi. Hiupotesa ini mungkin betul adanya kalau sampel daerah pertambangan yang di ambil adalah Pulau Bangka umumnya atau kota Belinyu khususnya.


Tidak semua rumah di jl.Curam merupakan rumah milik PT.Timah, sebagian adalah perumahan milik pribadi, terutama beberapa di bagian atas dan beberapa di bagian bawah jl.Curam. Namun rumah-rumah ini hampir sama tuanya dengan perumahan Dinas milik PT. Timah


Sebuah rumah Dinas Karyawan PT.Timah di Jl.Suramenggala No.3. Orang tua penulis menempati rumah ini selama 22 tahun (1971-1993). Penulis sendiri tinggal disini sejak TK, hingga lulus SMA 1985. Sebuah rumah yang penuh kenangan, tempat kita dibesarkan.


Rumah ini berada di depan rumah penulis. Rumah paling atas, membelakangi Jl.Balar, menghadap hutan


Jalan disamping Rumah Panjang adalah Jl.Curam. Sedangkan rumah panjang ini adalah semacam Mess bagi karyawan Timah yang ditugaskan sementara (detasering) di Belinyu. Rumah ini dipetak-petak, untuk tiap keluarga. Tiap petak terdiri dari dua kamar.
Pagar-pagar tinggal pilar batugunungnya saja. Pada pilar paling depan terdapat bekas lantai Pos Hansip, tempat anak-anak muda nongkrong sambil bermain gitar. Beberapa orang Hansip yang pernah bertugas meronda dan menjaga keamanan Jl.balar seperti Jumai, Dehan, Sulung, yang memukul bel setiap jam sekali, sangat akrab dengan anak-anak muda di Jl.Balar dan Jl. Curam.

PEMBERITAHUAN:

Sehubungan dengan padatnya chatting di Pondok Duren yang kapasitasnya cuma 60 shout/jam, maka apabila sudah "hang" bisa melanjutkan chat di blog:
------------http://yovita-rasti.blogspot.com----------
sambil menunggu ruang chat di Pondok Duren normal kembali (biasanya 20-30 mnt) setelah hang atau penuh 60 shout.
Mohon maaf atas ketidak nyamanan ini
terimakasih
"kotabelinyu.blogspot.com"

BERITA PT.TIMAH :

Cilegon, Banten - PT Timah Tbk melalui anak usahanya PT Timah Industri akan mulai membangun pabrik tin chemical yang ditargetkan selesai tahun ini. Investasi yang dikeluarkan Rp 250 miliar.Hal ini disampaikan oleh Dirut PT Timah Tbk, Wachid Usman dalam acara peletakan batu pertama pembangunan pabrik tin chemical PT Timah Industri di kawasan industri PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, Banten, Sabtu (17/1/2009)."Konstruksi pabrik direncanakan selesai dalam 12 bulan, mudah-mudahan bisa lebih cepat. Selama proses konstruksi kami akan memperkenalkan produksi tin chemical ini dengan merek Bankastab ke pasar," katanya.Adapun nilai investasi Rp 250 miliar untuk pembangunan pabrik di atas lahan seluas 8 hektar ini, diharapkan bisa kembali dalam periode 3 tahun.Wachid menyatakan pabrik tin chemical ini akan mulai berproduksi awal tahun 2010 dengan kapasitas produksi 10 ribu bankastab per tahun atau kurang dari 10% konsumsi dunia."Secara bertahap akan terus ditingkatkan dari 10 ribu tin bankastab menjadi 30 ribu bankastab dalam masa tiga tahun," ujarnya.Pembangunan pabrik ini ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah pada produk timah menyusul turunnya harga timah secara drastis"Diversifikasi usaha harus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada single komoditi logam timah baik secara vertikal maupun horizontal," jelasnya.Pembangunan pabrik ini juga akan memberikan multiplier effect seperti mendorong stabilitas harga timah internasional, mendorong pertumbuhan industri kimia dalam negeri, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah serta memacu semangat pengembangan industri logam mineral lainnya.Sementara itu Sekretaris Kementrian Negara BUMN Said Didu menyatakan pembangunan pabrik ini menunjukkan bahwa sektor industri timah sudah mengalami kemajuan."Sejak zaman Belanda kita cuma menjual timah saja. Kita merdeka 62 tahun lebih tapi kok tidak ada bedanya tetap menjual timah saja, apa bedanya kita dengan zaman Belanda. Dengan peletakan batu ini merupakan simbol bahwa kita sudah merdeka karena 20% dari produksi timah kita sudah kita oleh sendiri," tutur Said.(ir/ir)

BERITA KABUPATEN BANGKA:

WACANA PEMBENTUKAN BANGKA UTARA DAPAT RESPON POSITIF
Humas dan Protokol, 14-01-2009
Bupati Bangka H. Yusroni Yazid, SE menyambut positif wacana pembentukan Kabupaten Bangka Utara. Hal ini disampaikan Yusroni ketika memberikan materi Territorial Reform dan Dinamikanya untuk mendukung pembentukan Kabupaten Bangka Utara yang telah lama diidamkan masyarakat Belinyu dan Riau Silip di Gedung Krida Stania, Minggu (11/1). Hadir pada acara tersebut selain Bupati Bangka, antara lain Rektor UBB Dr. Bustami Rachman, Anggota DPR RI Babel Azhar Romli serta Kepala Biro Pemerintahan Babel Alamsyah Arsyad.
"Kita mendukung sekaligus mensupport pembentukan kabupaten pemekaran Bangka Utara ini namun kita harus melihat dari tinjauan banyak aspek," kata Yusroni.
Menurut Yusroni, secara umum konsepsi pemekaran sebuah kabupaten baru harus dilihat dari konteks tujuan dasarnya dan indikator kekayaan suatu daerah itu sendiri sehingga layak atau tidak untuk dimekarkan.
"Tujuan dari pemekaran daerah atau wilayah adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan meliputi peningkatan pelayanan masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah serta pengelolaan potensi daerah. Namun semua itu harus ditinjau dari beberapa aspek ekonomi. Kita sebagai Kabupaten Induk tetap mendukung semua itu," terang Yusroni.
Selain itu ungkap Yusroni ada 4 (empat) faktor pendorong tingginya semangat untuk melakukan pemekaran wilayah, yaitu pertama dalam rangka efektifitas / efensiensi (administrasi dispersion), mengingat wilayah yang begitu luas, penduduk yang menyebar dan ketertinggalan pembangunan. Kedua, kecenderungan untuk melakukan hegeminisasi daerah berdasarkan etnis, agama, dan lain-lain. Ketiga, adanya kemajemukan fiskal yang dijamin oleh Undang-Undang bagi daerah-daerah pemekaran seperti DAU, bagi hasil, SDA, PDA dan lain-lain. keempat, Bereaucratic and poltical rent seeking yaitu motif elite politik. Secara prinsipil atau dari segi yuridis, pembentukan daerah atau wilayah haruslah memenuhi tiga persyaratan, yaitu segi administrasi yang meliputi keputusan DPRD Kabupaten Induk, tentang persetujuan pembentukan calon Kabupaten. Keputusan DPRD provinsi, Gubernur tentang persetujuan pembentukan calon Kabupaten serta yang terakhir adanya rekomendasi menteri.
Selain itu syarat mutlak dalam pembentukan suatu wilayah pun mesti mengacu dari segi teknis dan fisik yang meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan tentang kendali penyelenggaraan pemerintah daerah. Kelayakan faktor-faktor tersebut harus berdasarkan dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2007. Hal itu semua dimaksudkan agar daerah yang baru dibentuk dapat tumbuh berkembang dan mampu menyelenggarakan otonomi daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang optimal guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat. Namun pembentukan daerah pemekaran tidak boleh mengakibatkan daerah induk menjadi tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah. Daerah yang baru dibentuk maupun daerah induknya harus mampu menyelenggarakan otonomi

Jl. SINGAYUDHA (KANTOR WILASI BELINYU) :

Jl. Singayudha ini terbentang dari pertigaan Tangsi hingga ke simpang Ajat. Kantor Wilasi ada di jalan yang namanya diambil dari nama Demang Singajudha, yaitu cs-nya Batin Tikal, pahlawan Bangka. Wilasi singkatan dari “Wilayah Produksi”, pembagian wialayah area Penambangan PT.Timah di pulau Bangka. Dari kantor Wilasi Belinyu inilah semua kegiatan explorasi dan exploitasi timah diatur seorang “Kawilasi” berkualifikasi Sarjana Tambang Senior (biasanya Alumni ITB). Kawilasi dibantu seorang Wakil Kawilasi, Para Kepala Biro, Kepala Bagian, Kepala Urusan, Staff dan Karyawan lainnya.
Kompleks kantor Wilasi Belinyu ini terbentang cukup luas di wilayah kota Belinyu. Mungkin kota Belinyu tidak ada apa-apanya kalau tidak ada Kantor Wilasi dan Perumahan Karyawan. Bahkan sebagian infrastruktur olahraga, disediakan oleh PT.Timah di sekitar Komplek ini, spt Basket, Volley, Bulutangkis dan Tennis Lapangan. Sebagian besar bentuk bangunan yang ada, tidak berubah dari bentuk aslinya sejak didirikan oleh Belanda. Diperkirakan Bangunan-bangunan ini didirikan sekitar tahun 20an bersamaan dengan pengelolaan Timah oleh Belanda di Pulau Bangka. Adalah Perusahaan “V J Voolker” yang membangun seluruh infra struktur BTW (Banka Tin Winning) di Belinyu. Sebagai Rekanan atau Kontraktornya Belanda.

Kantor Wilasi Belinyu, PT.Timah saat ini. Diera tahun 70-80an, di depan kantor ini terdapat kolam yang ada air mancur warna-warni. Setiap tanggal 17 Agustus, di atas atap teras ini dipasang lampu hias, warna warni, kerlap-kerlip, ada juga gambar pahlawan dengan ikat kepala memegang bambu runcing hasil lukisan Bpk.Tukimun (seniman lukisan/patung yang tinggal di Jalan Sudirman. Yang hebat lagi ada bagian tubuh dari lukisan itu yang digerak dengan motor, sehingga dari jauh kelihatan seperti patung hidup yang bergerak-gerak. Dasar-dasar teknologi animasi rupanya sudah ada di Belinyu sejak tahun 70-an. Untuk ukuran kota Belinyu, hal ini sudah menjadi sebuah hiburan gratis bagi masyarakat. Banyak yang duduk-duduk di tembok SD.1 di depannya untuk melihat lampu hias, yang disebut “lampu kelap-kelip” 17 Agustus. Biasanya gambar perjuanagn dan lampu itu akan dilepas setelah satu bulan.

Sebelah kiri adalah Kantor Satpam, yang tengah adalah Bengkel Bubut, sedang sebelah kanan memanjang ke belakang adalah Bengkel teknik. Kedua Bengkel ini di pimpin Kepala Biro Bengkel Teknik. Selain juga Kepala Biro Bengkel Diesel (alat berat) berada di bagian lain dari bangunan ini. Dari bubungan bangunan sebelah kanan itulah suara sirine suling berbunyi. “Suling” atau biasa disebut juga “suing” adalah sirine, yang berupa toror berkisi-kisi, yang digerakkan motor listrik. Hampir seratus tahun suling ini masih berfungsi dengan baik hingga sekarang. Seluruh Belinyu pernah mendengar suling ini sebagai penanda waktu. Jam.6.00 pagi= membangunkan karyawan. Jam.6.45= siap-siap kerja. Jam.7.00=mulai bekerja. Jam.12.00= istirahat makan siang, Suling jam.13.00=masuk kembali. Jam.15.00 untuk aplus. Hari Jum.at berbunyi Jam.11.00. Sedangkan pada saat bulan Puasa saat berbuka, Sahur dan Imsyak. Pendek kata suling ini sudah semacam jam audio bagi masyarakat Belinyu, dan tidak pernah meleset bertahun-tahun. Banyak dari orang tua kita mengingatkan, “Ayo cepat berangkat ke sekolah itu suling kedua sudah berbunyi..!”.
Suling ini pada jaman Jepang juga difungsikan sebagai sirine untuk berlindung. Apabila pengintai laut melihat ada kapal perang, maka di telepon ke bengkel, untuk di bunyikan suling panjang tanda masyarakat Belinyu harus berlindung, di bungker-bungker galian tanah atau hutan. Kemudian berbunyi kembali kalau keadaan sudah aman.
Membunyikan suling ini cukup dilakukan dengan menurunkan handel (on), semacam saklar, untuk memutar motor, setelah itu di menaikkan handel untuk meng “off”.

Ini yang disebut “Garasi”, Biro Angkutan Darat, yang mengurus segala keperluan Angkutan Darat di Wilasi Belinyu. Rumah Dinas Kepala Biro-nya di bukit kantor pos, di bawah SMA YPN. Membawahi Kabag. Bengkel, Kabag.Angkutan, Logistik. Dulu PT. Timah memiliki banyak sekali mobil, baik truck, maupun mobil Penumpang. Di sebelah kanan adalah gudang spare part dan bengkel untuk memperbaiki dan menservis mobil, sedang di sebelah kanan adalah Gudang Oli dan Kantor, di atasnya, lt.2 adalah garasi mobiol penumpang. Sedang di tengah-tengah menghadap kemari adalah tempat cuci mobil.


Ini adalah bekas Kantor Bagian Bangunan. Bagian ini bertugas memperbaiki Infra struktur Wilasi Belinyu. Baik jalan, air bersih, bangunan dan pemeliharaannya. Bertindak juga sebagai Pengawas bagi pemborong-pemborong bangunan di lingkungan Wilasi Belinyu. Di bawahnya Bagian ini, terdapat Urusan Air Bersih, Urusan Perencanaan, Urusan Bangunan, Urusan Pengawasan, Urusan Bengkel Kayu. Kepala Bagiannya menempati Rumah Dinas di Jl. Balar.
Di samping bangunan ini terdapat bangunan untuk bermain Bulutangkis, yang di sebut “Gedung” sampai sekarang masih digunakan untuk itu.
Sedang bangunan yang dilukisi gambar "luralo" adlah bekas Bengkel kayu yang kini berfungsi menjadi "kafe" kalau malam

Bengkel Listrik, yang sudah jadi monumen. PLTU Mantung, Cuma menghasilkan listrik saja, untuk transmisi dan pengaturan beban listrik, diatur oleh Biro Listrik yang berlokasi di sini. Kepala Biro Listrik yang rumah dinasnya di Jl. Air Cempedak (Samping Krida), ini bertanggung jawab kepada Kawilasi Langsung. Struktur di bawah Karo Listrik, adalah Ka.Bag 30KV. Ka.bag.220. Di bawahnya lagi beberapa Kepala Urusan (Karus).

Pom Bensin ini ada di depan rumah Bpk.Ajat. Dulu di sini bekas kolam disamping rumah Bpk.Tamsyah. Pom Bensin ini sekarang bersebelahan, dibatasi kali kecil, dengan Gereka Immanuel.

Bengkel listrik dan komplek perkantoran PT.Timah, dilihat dari atas Bukit depan Mesjid Al-Inayah. Sejak dari perempatan rumah Bpk.Ajat kea rah sini, sudah masuk Jl.Jend.Sudirman.

Gereja Protestan ini berama Gereja “Immanuel” (artinya: Tuhan menyertai kita). Disebut juga Gereja Ayam, karena memang diatapnya terdapat patung ayam. Sebagai symbol dalam ajaran Kristiani, ketika Petrus 3x mengingkari Yesus sebelum ayam berkokok, seperti yang dimuat di Lukas.60-61. Gereja ini anggota GPIB, Mupel.XXI (Musyawarah Pelayanan) Babilon. Walau di Jl.Singayudha, namun alamat gereja ini sejak awal menggunakan Jl.Suramenggala. Jemaat gereja ini dulunya mayoritas adalah Warga Belinyu keturunan Tapanuli (Batak) dan Ambon. Mantan Ketua Majelis Jemaat (Penatua/Pnt) di Gereja ini seperti Oom De Lima (tinggal di Wasrij/wasre) kemudian dilanjutkan Oom Panjaitan, hingga Penatua Yance Halbert Pandelaki. Sedangkan pendetanya adalah Pdt. Herlin Lebrina Kunu, STh.
Melihat arsitektur dan permainan batu tempel, Gereja ini juga dibangun oleh Belanda. Tampak depan terasnya bergaya minimalis, seperti rumah jaman sekarang. Sayang lahan yang agak sempit rasanya agak sukar untuk dikembangkan. Di sekeliling halamannya diurug pasir pantai. Ada dua pohon cemara laut yang di tanam di depannya, namun selalu mati. Dibelakang dan samping kiri Gereja ini mengalir sungai kecil, yang bila musim hujan cukup banyak ikan “tana-tana” dan “gabus”(delek) atau “lele” (kelik). Di depan Gereja ini ada Gudang Semen, truck merk Chevrolet (dodge) warna biru atau Hijau Tua, sering bongkar muat semen memenuhi jalan, namun tidak membuat macet karena dulunya, mobil di Belinyu cuma segelintir saja.